PIKIRAN RAKYAT - Salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia, Universitas Indonesia atau sering disebut UI, sebentar lagi akan segera membuka penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2020-2021 terutama jalur SBMPTN dan mandiri yang belum dibuka.
Kampus UI yang terletak di Kota Depok ini, merupakan salah satu kampus yang paling banyak diminati oleh para pejuang SNMPTN dan SBMPTN.
Namun, tidak ada salahnya untuk sobat muda-mudi mengenal terlebih dahulu fakta-fakta menarik seputar kampus UI.
Berikut ini beberapa fakta-fakta unik yang penting untuk diketahui oleh peminat masuk ke Universitas Padjadjaran ini.
Baca Juga: Akibatkan Banyak Korban, Warga Minta Pemerintah Segera Perbaiki Wajah Jalan Depok yang Bopeng-bopeng
Rektor pertama
Universitas yang secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950, dengan rektor pertama adalah Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerio.
Letak geografis
Secara geografis, posisi kampus UI berada di dua area berjauhan, kampus Salemba dan kampus Depok. Mayoritas fakultas berada di Depok dengan luas lahan mencapai 320 hektare dengan atmosfer Green Campus karena hanya 25 persen lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset, dan kemahasiswaan
Jaket Almamater (Jakun)
Kampus yang terkenal dengan jaket almamater berwarna kuning atau Jakun dengan lambang Universitas Indonesia (Makara) yang terpasang di dada sebelah kiri yang warnanya disesuaikan dengan warna panji fakultas masing-masing.
Lambang Universitas Indonesia
Terinspirasi dari tokoh mitologi ajaran Hindu (Kala dan Makara). Lambang UI diciptakan pada tahun 1952 oleh Sumartono, mahasiswa jurusan Seni Rupa di Fakultas Teknik, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Universitas paling berpengaruh
Universitas Indonesia menempati posisi 100 teratas (82) dalam daftar universitas paling berpengaruh di negara-negara ekonomi berkembang versi majalah Times Higher Education (THE) tahun 2019.
Jumlah fakultas dan prodi
Saat ini di UI terdapat 14 fakultas di UI dengan 291 program studi.
Baca Juga: Bau Tak Sedap Semakin Terasa, Pemkot Depot Sulap TPA Cipayung dengan Plastik Raksasa
Pengaruh pemerintahan Kolonial Belanda
Ketika masa kependudukan kolonial Belanda di Nusantara yang mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan asisten dokter.
Hingga akhirnya yang masuk dalam sekolah ini mendapatkan sertifikat untuk bisa melakukan perawatan tingkat dasar dan meraih gelar Dokter Jawa (Javanese Doctor).***