Dirjen Dikti: Kurikulum Tidak Lagi Harus Deskriptif, Fokus Pada Learning Outcome

- 10 Oktober 2020, 08:56 WIB
Ilustrasi Kuliah/pixabay
Ilustrasi Kuliah/pixabay /

PR DEPOK - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Prof Nizam mengatakan saat ini kurikulum tidak lagi harus deskriptif yang mengharuskan mahasiswa bertemu dengan dosen yang sama.

"Bertemu dengan dosen yang sama di ruang kelas yang sama, di perpustakaan yang sama, hingga di laboratorium yang sama," kata Nizam dalam peluncuran buku panduan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi, dan aplikasi program Merdeka Belajar di Jakarta Jumat, 9 Oktober 2020 seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Menurutnya, mahasiswa tidak lagi membutuhkan pengalaman belajar yang sama, hal ini lantaran setiap mahasiswa memiliki keinginan, bakat dan jalan hidup yang berbeda.

Baca Juga: Update Harga Emas di Pegadaian Sabtu, 10 Oktober 2020

"Kalau kita tanya di kelas itu, maka tidak satu pun mahasiswa yang mempunyai pengalaman yang sama dan mempunyai cita-cita yang sama, serta mempunyai rencana hidup yang sama. Pasti berbeda antara satu dan yang lain," ujar Nizam.

Nizam menambahkan, pendidikan tinggi harus dibuka sebagai transisi antara dunia pendidikan dan dunia kerja melalui pilihan yang beragam baik dari sisi pembelajarannya maupun pengalamannya.

"Hal itu, maka kurikulum yang dikembangkan pendidikan tinggi harus diubah dan dikonstruksi kurikulum, dengan filosofi kurikulum itu tidak sekedar pengalaman mahasiswa, pengalaman mahasiswa menemui dosennya. Namun, seluruh rangkaian kegiatan yang dialami mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus untuk menghasilkan learning outcome," ucap Nizam.

Baca Juga: Masuki Akhir Pekan, Jabar Kembali Waspada Adanya Potensi Cuaca Ekstrem

Dirinya memandang saat ini baik proses pembelajaran, proses pendidikan, maupun proses pengalaman fokus pada learning outcome dan bukan pada mata kuliah.

Nizam mengatakan kurikulum harus benar-benar mempersiapkan capaian pembelajaran.

Hal itu merupakan alasan yang penting harus mengubah cara pandang kurikulum.

Baca Juga: Karena Kesal Menganggur, Motif Tersangka VE Sebar Hoaks Soal UU Cipta Kerja

"Saat ini kita memasuki Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan hilangnya dan berubahnya kompetensi dan munculnya kompetensi baru," tutur Nizam.

Lanjutnya, perguruan tinggi harus dapat menyusun kurikulum agar dapat melahirkan lulusan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Hal itu, perlu kerja sama dengan dunia industri.

Baca Juga: Yunarto Wijaya Sindir Anies Baswedan: Bingung Ada Kepala Daerah gak Marah Assetnya Dirusak

"Dosen harus mengubah pola pikirnya yakni tidak lagi menjadi sumber ilmu, tetapi menjadi fasilitator bagi adik-adik mahasiswa," kata Nizam.

Dirinya juga menyebut inti dari kampus merdeka adalah membuka kampus tersebut menjadi semesta belajar, yakni sumber ilmu, sumber belajar, sumber pengetahuan, maupun sumber kompetensi.

Sementara itu, Aris Junaidi, Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti Kemendikbud mengatakan peluncuran buku panduan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi tersebut sangat penting.

Baca Juga: WALHI Soroti Kelestarian Lingkungan dam Sumber Daya Alam Bagi Keberlangsungan Ekonomi Nasional

"Ini sangat penting sekali karena saat ini merupakan momen yang sangat tepat dalam perubahan kurikulum di perguruan tinggi. Ini adalah suatu keharusan yang harus kita lakukan. Apalagi sekarang ini, kita hubungkan dengan kemajuan yang begitu besar sekali yakni Revolusi Industri 4.0," tutur Aris.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah