Sebagai contoh, senyuman bisa menyiratkan sarkasme atau menunjukkan salam, bukan hanya menyimpulkan kebahagiaan.
Sebuah studi yang dilakukan pada 2019, dipimpin oleh Profesor Lisa Feldman Barrett, seorang psikolog di Northeastern University, menunjukkan bagaimana orang mengomunikasikan kemarahan, ketakutan, kebahagiaan, kesedihan, secara variasi dan substansial lintas budaya, situasi, dan bahkan antar orang dalam satu waktu.
Jadi, aplikasi yang mengandalkan penyimpulan emosi dari wajah, diklaim tidak akurat, karena dapat berimplikasi pada protokol keamanan nasional, keputusan kebijakan, dan bahkan penilaian hukum, bergantung pula pada kasus penggunaannya.***