Studi Baru: Perubahan Iklim akan Memengaruhi Panen Tomat Global di Masa Mendatang

- 9 Juni 2022, 16:20 WIB
Ilustrasi tomat.
Ilustrasi tomat. /Pexels

PR DEPOK - Para peneliti dari Denmark menemukan bahwa perubahan ilkim akan memengaruhi panen tomat di masa mendatang.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Aarhus di Denmark menciptakan model matematika untuk memprediksi bahwa panen tomat akan berkurang setengahnya antara tahun 2050 dan 2100.

Model matematika itu memprediksi kenaikan suhu yang akan memengaruhi produksi tomat.

Baca Juga: Fakta Kemenangan Indonesia atas Kuwait: Pecahkan Rekor dalam 42 Tahun Terakhir hingga Sosok di Baliknya

Hal itu berdampak pada pasokan saus tomat yang selalu tersedia bagi makanan pokok di banyak rumah dan restoran di seluruh dunia.

Saus tomat terbuat dari tomat merah, manis, berair, dan matang yang akan beresiko karena kenaikan suhu.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari NDTV, penelitian ini telah diterbitkan di Nature.

Baca Juga: Ganja Resmi Dilegalkan di Thailand, 4.000 Narapidana akan Dibebaskan

Para peneliti mengatakan bahwa Italia, Cina, dan California adalah negara penghasil tomat teratas yang bertanggung jawab atas dua pertiga produksi global.

Dalam penelitian ini diprediksi bahwa pada tahun 2050, akan ada penurunan enam persen produksi tomat.

Skenario terburuk akan melibatkan peningkatan suhu di daerah penghasil tomat sekitar 2,6 derajat celcius antara tahun 2040 dan 2069.

Baca Juga: Kembali Bermasalah, Tri Suaka Disomasi Dyrga Dadali Atas Pelanggaran Hak Cipta

Selain itu, adanya peningkatan suhu enam derajat celcius selama 30 tahun ke depan.

Hal itu merupakan periode waktu dasar untuk perbandingan adalah antara 1980 dan 2009.

Konsentrasi CO2 atmosfer dapat mengimbangi, tetapi tidak sepenuhnya mengimbangi efek buruk dari suhu tinggi.

Baca Juga: Simak 5 Penyebab Gagal Lolos Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 32

Model matematika terkomputerisasi selanjutnya meramalkan bahwa panen tomat global di 11 petani terbesar akan turun dari 14 juta ton saat ini menjadi kurang dari tujuh juta ton.

Sebagai informasi, pada bulan lalu sebuah laporan mengatakan bahwa gelombang panas yang menghanguskan India dan Pakistan pada Maret dan April akan 30 kali lebih mungkin yang dapat terjadi akibat perubahan iklim.

Selain itu, ketika planet terus memanas, interval antara gelombang panas pembunuh tersebut akan menyusut lebih jauh.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: NDTV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x