Cek Fakta: Beredar Kabar Angka Bunuh Diri Selama Pandemi Covid-19 Naik hingga 200 Persen

22 November 2020, 15:40 WIB
Ilustrasi bunuh diri./ /Pixabay

PR DEPOK – Beredar kabar di media sosial Instagram yang mengklaim bahwa angka bunuh diri sejak diterapkannya lockdown pada masa pandemi Covid-19 naik hingga 200 persen.

Kabar tersebut dibagikan oleh akun Instagram, @mkurian pada 15 November 2020 lalu.

Unggahan akun Instagram @mkurian itu berupa sebuah foto yang berisi narasi dengan terjemahan sebagai berikut:

Baca Juga: Sebagai Wujud Terima Kasih Pemerintah, Mendes PDTT Akan Revitalisasi Kawasan Transmigrasi

"Angka bunuh diri naik 200% sejak lockdown. Bisakah 2 teman men-screenshot dan membagikannya? Kami mencoba menunjukkan bahwa seseorang akan selalu mendengarkan. Hubungi 1-800-273-8255 (Hotline AS) Hanya dua. Dua saja," demikian bunyi narasi tersebut.

Bersamaan dengan unggahan foto tersebut, akun @mkurian menuliskan narasi tambahan dengan terjemahan sebagai berikut"

"Marilah saling mencintai dan ada untuk satu sama lain. Mencintai sesama adalah yang terpenting. Pastikan mereka mengetahuinya. Kirimkan pesan kepada seseorang yang sudah lama tidak Anda ajak bicara, beritahu seseorang yang Anda anggap dia tahu Anda mencintainya, bahwa Anda mencintai mereka! Aku cinta kalian semua!! Ya, sangat mungkin bagi kita mencintai banyak orang, saya berjanji," tulis narasi itu.

Baca Juga: Belajar Tatap Muka Direncanakan Mulai 2021, DPD Usulkan Pembentukan Satgas Covid-19 di Sekolah

Setelah ditelusuri lebih jauh, kabar tersebut merupakan informasi yang tidak benar alias hoaks.

Turn Back Hoax di situs resminya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com pada Minggu, 22 November 2020, memberikan fakta sebenarnya dari kabar tersebut.

Faktanya, sampai dengan berita ini ditulis, tidak ada bukti dan data statistik valid yang menunjukkan adanya kenaikan angka bunuh diri hingga 200 persen selama lockdown di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pergi ke Miami untuk Menangkan Diri Usai Covid-19 Melonjak di Kanada, Begini Kesibukan Shawn Mendes

Seorang penasehat senior untuk Epidemiologi psikiatri dan pencegahan bunuh diri The National Institute of Mental Health, Amerika bernama Rajeev Ramchand, menyatakan bahwa belum ada data nasional di Amerika yang meringkas terkait jumlah kematian akibat bunuh diri, keinginan bunuh diri, atau jumlah orang yang berkeinginan bunuh diri selama pandemi.

Dirinya mengatakan bahwa menghitung angka kematian bunuh diri membutuhkan waktu lama untuk proses identifikasi.

"Biasanya, kami tidak memiliki data nasional tentang kematian akibat bunuh diri selama 13 bulan, hingga setelah kalender akhir tahun," katanya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Turn Back Hoax.

Baca Juga: Pangdam Jaya Akui Perintahkan Penurunan Baliho Habib Rizieq, Refly Harun: Itu Urusannya Satpol PP

Hal itu berarti data mengenai angka kematian akibat bunuh diri selama pandemi di wilayah Amerika Serikat tidak tersedia hingga Januari 2022.

Studi mengenai tingkat bunuh diri yang dilakukan secara global oleh para ahli juga tidak membuktikan adanya kenaikan mencapai 200 persen.

Dalam Jurnal Kedokteran Inggris The BMJ yang berjudul 'Trends in suicide during the covid-19 pancemic' oleh Ann John dkk yang diterbitkan pada 12 November 2020 mengungkapkan bahwa laporan hasil studi secara global memprediksi adanya kenaikan angka bunuh diri dalam rentang 1 hingga 145 persen.

Baca Juga: Pustakawan Dituntut Mampu Jadi Research Librarian, Wakil Rektor UI Ungkap Tujuan dan Alasannya

Selain itu, data literatur mengenai efek pandemi terhadap bunuh diri yang dikumpulkan dan diulas dalam beberapa bulan belum dapat disimpulkan karena sebagian besar publikasi belum melalui ulasan, pracetak, dan datanya berasal dari warta berita.

Lebih lanjut, hasil laporan mengenai angka bunuh diri di negara berpenghasilan tinggi yakni Amerika, Inggris, Australia, Norwegia dan Jepang cenderung stabil.

Pada awal bulan terjadinya pandemi tidak ada peningkatan bunuh diri di Amerika, Inggris, Australia serta penurunan angka bunuh diri di Norwegia dan Jepang.

Baca Juga: Banting Stir Jadi Aktris Film Dewasa, Mantan Idol K-Pop Ini Akui dapat Bayaran hingga Ratusan Juta

Di negara berpenghasilan rendah yang rentan gejolak emosi karena kesulitan ekonomi seperti Peru juga mengalami penurunan angka bunuh diri.

Pandemi Covid-19 memang berpengaruh terhadap berbagai bidang baik secara individu maupun global.

Namun, belum ada data yang bersumber dari para ahli di bidang kesehatan dan pencegahan bunuh diri yang mengungkapkan adanya kenaikan angka bunuh diri sebanyak 200 persen baik wilayah Amerika Serikat maupun secara global.

Baca Juga: Patahkan Pernyataannya Sendiri Selama Kampanye, Donald Trump Akui Kasus Covid-19 Sangat Tinggi di AS

Dari penjelasan tersebut, kabar yang dibagikan oleh akun Instagram @mkurian yang mengklaim bahwa adanya peningkatan kasus bunuh diri hingga 200 persen selama lockdown di masa pandemi Covid-19 merupakan informasi tidak benar atau hoaks, dan dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Mafindo

Tags

Terkini

Terpopuler