“Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” ujar Hilmar.
Hilmar juga mengatakan bahwa pihaknya sangatlah menghargai jejak dan peran pendiri NU di antaranya dengan adanya Museum Islam Indonesia Hasyim Asyarai di Jombang.
Selain itu, dokumen yang sekarang beredar di masyarakat merupakan dokumen tidak resmi, yang sengaja diedarkan oleh kalangan tertentu.
Baca Juga: Tips Aman Berpuasa bagi Penderita Maag, Hindari Makan Terlalu Banyak Saat Sahur
Naskah yang beredar di masyarakat tersebut juga merupakan salinan lunak (soft copy) dan masih perlu penyempurnaan.
Dengan begitu, berdasarkan penelusuran tersebut klaim tentang dihilangkannya nama pendiri NU dari Kamus Sejarah RI oleh Kemendikbud merupakan hoaks yang masuk dalam kategori misleading content.***