Network
PR DEPOK – Presenter terkenal Tanah Air Raffi Ahmad baru-baru ini melakukan sesi wawancara terkait Pinjaman Online dengan pihak dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Raffi Ahmad pada kesempatannya berbincang dengan pihak OJK.
Salah satu yang membuat Raffi Ahmad penasaran adalah tentang waktu yang tepat untuk melakukan Pinjaman Online.
“Tapi waktu yang tepat untuk kita mengajukan pinjaman online itu sebenarnya kapan?” tanya Raffi Ahmad, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Rans Entertainment pada Kamis, 25 November 2021.
Kemudian Sultan, yang merupakan Kepala Sub. Bagian Penelitian serta Pengembangan Layanan Konsumen OJK menjawab hal yang tidak terduga.
“Sebenarnya waktu yang paling tepat adalah saat kita punya uang,” jawabnya secara tidak terduga.
Hal tersebut lantaran, jika kita melakukan pinjaman ketika sedang tidak ada uang ataupun penghasilan, maka nantinya akan sulit dalam membayar kembali.
“Misalkan nanti enggak ada gaji atau penghasilan, itu akan menyulitkan kita nantinya untuk membayarnya,” tambahnya.
Tanda mengerti, suami dari Nagita Slavina ini kemudian menambahkan agar masyarakat meminjam sesuai dengan kebutuhan.
“Jadi sebenarnya kalian juga pinjam sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,” sambungnya.
Karena menurutnya jika ada yang meminjam kepadanya kemudian tidak bisa membayarnya kembali, hal itu tentu akan membuatnya marah.
“Jangankan ke online, elo mau meminjam uang ke gue juga kalau elo enggak balikin nanti kan kita pasti marah,” ujarnya.
Lelaki yang mendapat julukan sultan Andara tersebut juga penasaran terkait batas nominal uang yang bisa dipinjamkan di pinjol yang terdaftar di OJK.
“Batas nominal uang yang bisa kita pinjam di pinjaman online itu yang terdaftar di OJK berapa sih?” tanyanya.
Mewakili OJK, Sultan menjawab dengan tidak memberikan angka pasti, melainkan melalui estimasi persentase dari penghasilan si calon nasabah.
Baca Juga: Hari Guru Nasional 2021, Wapres Ma'ruf Amin: Pemerintah Terus Memperbaiki Kualitas Pendidikan
“Kalau ilmu perencanaan keuangan, maksimal 30 persen cicilan dari penghasilan kita,” ujarnya.
Contoh ringkasnya, apabila nasabah memiliki penghasilan sebanyak Rp 10 juta perbulan, maka ambil pinjaman dengan cicilan Rp 3 juta.
Ini bermaksud supaya para nasabah tidak merasakan situasi dimana besar pasak dari pada tian, atau lebih besar pengeluaran ketimbang pendapatan. ***
