PR DEPOK – Para ahli baru-baru ini melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara alergi dengan kesehatan mental.
Upaya memastikan keterkaitan antara alergi dan kesehatan mental sebenarnya bukan hal baru.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Medical News Today, menurut laporan dari Biobank, Inggris, hasil studi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara alergi dengan kesehatan mental seseorang.
Adapun kondisi kesehatan mental yang dikaitkan dengan alergi, seperti depresi, gangguan depresi mayor, kecemasan, gangguan bipolar, skizofrenia, dan neurotisisme.
Dalam penelitian inj, para ahli menggunakan metode pengacakan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan kausal tingkat gen antara gangguan kesehatan mental dan alergi secara umum.
"Kami tidak menemukan bukti efek kausal antara risiko genetik penyakit alergi dan kesehatan mental," ujar peneliti.
Menurut Dr. Hannah Sallis, rekan peneliti senior dalam epidemiologi genetik di Bristol Medical School, penelitian ini pada akhirnya menggunakan berbagai metodologi dan data untuk mencapai kesimpulannya.
“Ini membantu memperkuat kepercayaan kami terhadap temuan ini. Menentukan apakah penyakit alergi menyebabkan masalah kesehatan mental, atau sebaliknya, penting untuk memastikan bahwa sumber daya dan strategi pengobatan ditargetkan dengan tepat,” ujarnya.
Para penulis mengakui keterbatasan lain dengan mengatakan "Analisis fenotipik terbatas pada orang dewasa yang lebih tua, sehingga temuan mungkin tidak digeneralisasi untuk populasi yang lebih muda."
Sementara itu, menurut Dr. Ashley Budu-Aggrey dalam penelitian ini hubungan sebab akibat antara alergi dan kesehatan mental sangat rendah.
Meski demikian, ia tetap menekankan agar tidak mengesampingkan hal tersebut.
"Penelitian kami tidak mengesampingkan efek kausal potensial pada perkembangan penyakit, yang belum diselidiki dan dapat membantu mengungkap strategi pengobatan baru untuk penyakit alergi atau ciri-ciri kesehatan mental," ujarnya.
Selain itu, para peneliti mencatat beberapa kemungkinan mekanisme kausal yang mungkin lolos dari analisis mereka.
Misalnya, lesi kulit yang terlihat atau gatal dapat menyebabkan konsekuensi sosial yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental.
Baca Juga: Indonesia Sabet Gelar Juara Thomas Cup, Jokowi: Ketegangan Menyaksikan Keseruan Laga Final
Lalu, kurang tidur karena ketidaknyamanan alergi juga dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Jadi, memang ada kemungkinan tekanan psikologis, yang merupakan pusat etiologi gangguan kejiwaan tetapi juga dapat menimbulkan alergi.
Sebagai informasi, studi ini telah dipublikasikan di jurnal Alergi Klinis dan Eksperimental.
Tim ahli menganalisis data di Biobank Inggris dari individu berusia 37-73 tahun.
Baca Juga: Uni Afrika Sepakat Tunda Status Pengamat Israel, Hamas: Langkah yang Benar
Akan tetapi, semuanya adalah etnis Eropa, sehingga hasil penelitian ini mungkin tidak berlaku untuk semua orang.***