5 Hukum Menjalankan Puasa Ramadhan Sesuai Syariat Islam, Salah Satunya Soal Perempuan Haid

3 April 2022, 12:33 WIB
Ilustrasi puasa Ramadhan 2022. /Pixabay/mohamed_hasan.

PR DEPOK - Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah wajib yang tertuang dalam rukun Islam. Maka, umat Muslim perlu memahami hukum dalam menjalankan puasa agar sesuai syariat.

Menjalankan puasa Ramadhan tetu harus disertai dengan kesungguhan hati dan kesabaran. Pasalnya, puasa adalah ibadah yang cukup panjang.

Puasa juga mengajarkan bagi umat Islam untuk melawan hawa nafsu, selain ujian menahan lapar dan haus.

Baca Juga: Disorot Media Asing, Indonesia Kembali Salat Tarawih Berjemaah di Masjid Usai Kebijakan Covid-19 Dilonggarkan

Hukum ini agar memperjelas umat Islam dalam menjalankan puasa Ramadhan. Salah satu contoh hukum bagi perempuan yang sedang haid (menstruasi).

Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Times of India, berikut ini lima hukum menjalankan puasa Ramadhan sesuai syariat Islam.

1. Kondisi

Umat Islam yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan diwajibkan yang dalam kondisi kesehatan baik, bukan ODGJ, serta fisik yang prima. Selain itu, sudah memasuki usia pubertas.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Terburuk Sepanjang Sejarah, Sri Lanka Berlakukan Keadaan Darurat dan Jam Malam

2. Musafir

Hukum menjadi seorang musafir atau pengembara saat Ramadhan boleh saja tidak berpuasa. Namun, puasa tersebut harus digantikan di lain hari selain Ramadhan.

3. Perempuan haid

Hukum bagi perempuan yang sedang haid atau menstruasi dianjurkan untuk menjalankan ibadah puasa. Hal itu pun berlaku bagi para perempuan setelah melahirkan atau nifas.

Para perempuan tersebut maka dianjurkan untuk menggantikan puasanya di lain hari selain bulan Ramadhan.

Baca Juga: Amnesty International Kecam Tindakan India yang Mendeportasi Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali ke Myanmar

4. Lansia atau sakit

Bagi lansia atau yang sedang sakit dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh boleh tidak menjalankan puasa.

Nantinya mereka harus menggantikan puasa tersebut dengan membayar fidyah berdasarkan jumlah mereka tidak berpuasa, senilai harga makanan pokok di negara yang ditinggali.

5. Perempuan hamil atau menyusui

Bagi perempuan hamil atau menyusui yang khawatir melemahkan diri boleh tidak berpuasa. Namun, nantinya harus digantikan di lain hari.***

 
Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Tags

Terkini

Terpopuler