Kenali Sindrom Ovarium Polikistik atau PCOS pada Perempuan

27 Desember 2022, 11:40 WIB
Ilustrasi ovarium. /Pexels/

PR DEPOK - Sindrom Ovarium Polikistik atau Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) mungkin terdengar seperti penyakit pada ovarium.

Namun sebenarnya ini adalah suatu gangguan endokrin atau gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan resistensi insulin.

Apabila kadar insulin sangat tinggi, maka menyebabkan ovarium memproduksi hormon pria (androgen) secara berlebihan.

Hormon androgen berlebihan ini mengakibatkan ovarium atau indung telur yang berisi sel-sel telur tidak berkembang dengan baik, sehingga menyebabkan proses ovulasi terganggu.

Baca Juga: Simak Tips Supaya Terlindung dari Anemia, Berikut Penjelasannya

Banyak perempuan yang tidak menyadari hal ini saat masih usia remaja, akan tetapi saat menginjak usia dewasa, atau setelah menikah kesehatan reproduksi menjadi hal penting, baru disadari karena kesulitan memperoleh keturunan.

Beberapa penyebab perempuan memiliki masalah hormonal seperti gangguan siklus menstruasi dan bahkan kesulitan hamil, diantaranya disebabkan oleh sindrom ini.

Berikut gejala perempuan dengan PCOS:

1. Menstruasi tidak teratur

Penderita PCOS hanya mengalami menstruasi kurang dari 8-9 kali dalam 1 tahun. Jarak periode menstruasi pun tidak normal setiap bulannya, bisa kurang dari 21 hari atau bahkan lebih dari 35 hari. Kadang juga ditandai dengan darah menstruasi keluar berlebihan.

Baca Juga: 8 Manfaat Buah Naga Merah untuk Kesehatan Tubuh, Kolesterol Auto Normal!

2. Resistensi insulin

Insulin adalah hormon yang mengontrol kadar gula darah pada tubuh. Dengan terganggunya reseptor insulin dalam memberikan sinyal, menyebabkan tubuh memproduksi terus menerus.

Kadar insulin yang banyak, menjadi penyebab ovarium memproduksi terlalu banyak hormon androgen.

3. Anovulasi atau tidak ada ovulasi

Anovulasi berkaitan dengan resistensi insulin. Dengan kadar testosteron banyak di ovarium berakibat gangguan pada proses ovulasi.

Baca Juga: 5 Jenis Makanan Ini dapat Membantu Meringankan Kram Saat Menstruasi, Salah Satunya Alpukat

4. Muncul jerawat parah.

Kemunculan jerawat di wajah atau tubuh ini disebabkan karena kadar hormon androgen yang tinggi.

5. Hirsutisme

Hirsutisme adalah tumbuhnya rambut berlebih di area wajah dan tubuh, seperti di bibir atas, dagu, dada, dan punggung. Hal ini disebabkan karena tingginya hormon pria di dalam tubuh.

6. Kesulitan menurunkan berat badan atau obesitas

Baca Juga: 5 Rekomendasi Olahraga yang Bisa Dilakukan Wanita Meski Sedang Menstruasi, Salah Satunya Yoga

7. Hipertensi/tekanan darah tinggi

8. Anxiety, mood swing, dan depresi.

Menurut riset, anxiety dan depresi kerap dialami oleh perempuan dengan PCOS. Hal ini disebabkan stres karena berbagai tekanan baik secara fisik maupun mental, seperti kapan bisa memiliki anak dan juga ketakutan lain akan penyakit penyerta akibat sindrom PCOS.

Lalu apa saja yang perlu dilakukan penderita agar dapat mengatasi kekhawatiran ini. Berikut hal utama yang harus mulai dibiasakan:

Baca Juga: Kenali 15 Manfaat Penting Jambu Biji untuk Kesehatan

1. Olahraga teratur

2. Diet rendah kalori dengan upaya untuk menjaga berat badan ideal

3. Membatasi konsumsi makanan manis, memilih makanan bernutrisi dan berserat

4. Mengelola stres dan selalu berusaha berpikir positif.

PCOS ini tidak hanya mempengaruhi masalah kesuburan, akan tetapi mengganggu kesehatan jangka panjang bagi perempuan, karena berefek ke masalah kesehatan lainnya seperti, diabetes, tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Baca Juga: Tiga Rahasia Umur Panjang Orang Jepang, Salah Satunya Tingkat Kesadaran Kesehatan yang Tinggi

Oleh sebab itu, hal ini harus cepat ditangani dengan pola hidup sehat dan tentunya segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat terkait masalah kesehatan reproduksi. Misalnya apabila orang tua melihat anak perempuannya sudah di usia akil balig atau menginjak usia remaja.

Namun belum mendapat siklus menstruasi atau jarang mendapatkan siklus secara teratur, sebaiknya segera konsultasikan kepada tenaga kesehatan kompeten dengan spesialisasi kandungan agar segera tertangani dengan baik.***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Tags

Terkini

Terpopuler