Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi Umat Hindu, Apa Saja Rangkaiannya? Simak Penjelasannya

5 Januari 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi. – Berikut ini merupakan informasi terkait rangkaian acara adat dalam Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu. /Freepik.com

PR DEPOK - Simak penjelasan terkait rangkaian adat pada Hari Raya Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu.

Hari Raya Galungan dan Kuningan biasanya dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun yang mengikuti kalender Masehi.

Pelaksaan Galungan dan Kuningan biasanya berjarak 10 hari yang diperhitungkan berdasarkan kalender Bali.

Galungan biasanya akan diperingati setiap hari Rabu pada wuku Dungulan, sedangkan Kuningan setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan.

Baca Juga: Bansos PKH 2023 Tahap 1 Cair Mulai Januari, Cek Penerima dengan Login di Laman Ini

Dalam galungan dan kuningan, biasanya ada beberapa rangkaian kegiatan terkait.

Berikut PikiranRakyat-Depok.com menyediakan info terkait urutan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

1. Tumpek Wariga

Tumpek Wariga, biasanya jatuh 25 hari sebelum Galungan yang diisi dengan memuja Sang Hyang Sangkara, yang diyakini sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.

Baca Juga: Cek Penerima BPNT 2023 dengan Login di cekbansos.kemensos.go.id

Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna.

Selain itu, pada hari Tumpek Wariga juga, semua pepohonan akan disirami tirta wangsuhpada/air suci yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi sesaji berupa bubuh dengan disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, dan diisi sasat.

Setelah selesai, pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap, agar pohon yang diupacarai dapat segera berbuah/menghasilkan untuk upacara hari raya Galungan.

Baca Juga: BLACKPINK Menjadi Grup K-pop Pertama yang Mencapai 2 Miliar Penayangan di YouTube

2. Sugihan Jawa

Sugihan Jawa (Sugi dan Jawa), yang berarti Sugi sebagai arti bersih, suci dan Jawa artinya luar.

Sugihan Jawa adalah hari pembersihan/penyucian dari segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).

Baca Juga: Mitos atau Fakta: Benarkah Teh Miliki Khasiat untuk Kesehatan Pencernaan? Cek Penjelasannya

Pada hari ini umat Hindu akan melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.

Upacara Ngerebon bertujuan, untuk menetralisir segala sesuatu, yang negatif pada Bhuana Agung, lalu disimbolkan dengan pembersihan Merajan dan Rumah.

Pada upacara Ngerebon ini, biasanya akan diadakan dilingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa akan diberikan sesaji. Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang.

Baca Juga: Batas Akhir Aktivasi Rekening Diperpanjang, Simak Cara Cek Penerima PIP Online 2023

3. Sugihan Bali

Sugihan Bali yaitu pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit. Tata cara pelaksanaannya sendiri adalah dengan mandi, atau melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa dan raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.

Sugihan Bali, akan dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.

Baca Juga: KJP Plus Tahap 2 Tahun 2023 Sudah Cair Sekarang, Cek Penerimanya di Sini

4. Hari Penyekeban

Hari Penyekeban memiliki makna filosofis "nyekeb indriya" yang berarti mengekang diri, agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.

Hari Penyekeban ini, akan dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.

Baca Juga: Login cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek BLT Ibu Hamil dan Balita 2023 Online Pakai KTP

5. Hari Penyajan

Hari Penyajan, biasanya dirayakan untuk memantapkan diri sebelum perayaan hari raya Galungan.

Menurut kepercayaannya, pada hari Penyajan, umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan, yang bertujuan untuk menguji sejauh mana, tingkat pengendalian diri umat Hindu menuju Galungan.

Hari Penyajan ini, akan dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.

Baca Juga: Viral! Tiko Rawat Ibunya yang Sakit Depresi selama 11 Tahun Tanpa Listrik dan Air Bersih

6. Hari Penampahan

Hari Penampahan, akan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya yaitu pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.

Pada hari tersebut, umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor, yang bertujuan sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugerah yang diterima selama ini.

Penjor, biasanya dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian rupa.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Terbukti Tangguh Menghadapi Perlambatan Global, Begini Kata Sri Mulyani

Selain itu, mereka juga akan menyembelih babi yang dagingnya bertujuan untuk digunakan sebagai pelengkap upacara.

Penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis, yaitu membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.

Demikian informasi terkait rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan.***

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler