Peneliti: Milenial Kemungkinan Miliki Tingkat Kematian Akibat Stroke Lebih Tinggi Dibandingkan Generasi X

20 Januari 2023, 09:05 WIB
Sebuah penelitian menyebut bahwa milenial kemungkinan memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari generasi X, simak penjelasannya. /Freepik/

PR DEPOK - Stroke adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat, dengan lebih dari 795.000 orang mengalami stroke setiap tahunnya.

Sebuah analisis baru-baru ini dari para peneliti di Rutgers University menunjukkan bahwa, tingkat kematian akibat stroke di Amerika Serikat menurun dari tahun 1975 hingga 2019, tetapi tren tersebut diperkirakan akan berubah untuk generasi milenial seiring bertambahnya usia.

Menurut peneliti, kematian akibat stroke akan meningkat di kalangan milenial dibandingkan generasi sebelumnya. Analisis ini diterbitkan dalam International Journal of Epidemiology.

Analisis Rutgers adalah yang pertama memisahkan pasien berdasarkan tahun kelahiran dan mengidentifikasi peningkatan risiko stroke iskemik, yang disesuaikan dengan usia di antara orang berusia 18 hingga 84 tahun di Amerika Serikat, antara tahun 1975 dan 2019.

Baca Juga: Daftar Bansos Penerima PKH Januari 2023, Klik Link cekbansos.kemensos.go.id

“Mulai sekitar tahun 1960, semakin akhir Anda lahir, semakin tinggi risiko Anda menderita stroke iskemik yang fatal pada usia tertentu,” ujar Cande Ananth, PhD, MPH, penulis utama studi dan kepala Divisi Epidemiologi dan Biostatistik di Departemen Kebidanan, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi Rutgers Robert Wood Johnson Medical School, mengatakan dalam rilis berita.

“Studi ini tidak mengidentifikasi penyebab tren ini, tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah peningkatan angka obesitas dan diabetes,” lanjut Ananth.

Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat kematian akibat stroke turun drastis pada stroke iskemik (80 persen) dibandingkan dengan stroke hemoragik (65 persen).

Lalu, mengapa angka kematian stroke meningkat?

Baca Juga: Simak 10 10 Tips Membangkitkan Motivasi pada Anak, Apa Saja?

Melansir dari healthline, angka kematian akibat stroke mungkin meningkat karena kurangnya fokus pada pencegahan stroke dan serangan jantung.

Hasil dari analisis Rutgers menyebutkan, sisi perawatan kesehatan preventif sangat lemah. Perawatan kesehatan preventif primer sudah ketinggalan zaman, yang memengaruhi akses bagi generasi muda.

Gaya hidup juga merupakan faktor penyebab meningkatnya risiko kematian akibat stroke. Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan angka obesitas dan diabetes juga berperan.

Menurut seorang ahli saraf telestroke dan direktur medis dari program stroke di Rumah Sakit St. Michael di Toronto, Kanada menyebutkan, “Ketika Anda memiliki prevalensi obesitas dan diabetes yang lebih tinggi di masa muda, kemungkinan kecacatan dan kematian terkait stroke akan meningkat,” ujarnya.

Baca Juga: Avatar: The Way of Water Sukses Jadi Film Terlaris Keenam di Dunia, Kalahkan Spider-Man: No Way Home

Temuan penting lainnya adalah perbedaan antara tingkat kematian stroke antara pria dan wanita, yang berkurang seiring bertambahnya usia pasien.

Pria berusia 55 tahun akan dua kali lebih mungkin terkena stroke yang mengakibatkan kematian, dibandingkan dengan wanita. Namun, tingkat kematian akibat stroke hampir sama pada usia 85 tahun.

Insiden stroke telah meningkat di kalangan anak muda dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kematian akibat stroke jarang terjadi pada kelompok usia yang lebih muda. Seperti yang ditunjukkan oleh analisis Rutgers, kematian akibat stroke mulai meningkat seiring bertambahnya usia.

Ada banyak faktor risiko termasuk indeks massa tubuh/body mass index (BMI) yang tinggi karena obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol, juga diabetes dan hipertensi menjadi yang paling utama, yang memengaruhi seseorang untuk meningkatkan risiko kematian akibat stroke.

Baca Juga: 5 Manfaat dan Durasi Pelatihan Prakerja Tahun 2023, Berapa Lama?

Terlebih lagi, generasi milenial mungkin tidak selalu mendapatkan perawatan medis yang mereka butuhkan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, hanya 65 persen generasi milenial yang memiliki dokter perawatan primer, dibandingkan dengan 82 persen generasi baby boomer (kelahiran tahun 1946-1964) dan 74 persen generasi X (kelahiran 1965-1980).

Generasi milenial juga mungkin menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

“Ketika kehidupan dan pekerjaan telah menjadi lebih menuntut untuk serba cepat karena teknologi dan meningkatnya efisiensi di dunia, kaum milenial memiliki lebih sedikit waktu untuk diri mereka sendiri, dan karenanya kesehatan pribadi mereka terganggu,” ucap peneliti.

Baca Juga: Sambut HUT ke-3 Alun-alun Kota Depok, Kompetisi Cinematic Video Profile dan Fotografi Pelajar Dibuka

Peneliti mencatat bahwa stres kemungkinan merupakan kontributor peningkatan kematian terkait stroke di kalangan milenial.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah pemicu stres akibat perubahan tuntutan dunia yang semakin cepat harus dianggap sebagai risiko potensial.

“Polusi udara dan perubahan iklim mungkin berdampak pada risiko masih belum dipastikan,” kata peneliti.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Healthline

Tags

Terkini

Terpopuler