10 Dampak Negatif Perkelahian Orangtua di Hadapan Anak, Membahayakan Emosional dan Mental

27 Januari 2023, 21:10 WIB
ilustrasi Dampak Negatif Perkelahian Orangtua. /freepik/

PR DEPOK - Konflik atau perdebatan antara suami istri ada kalanya tidak dapat dihindari. Tetapi memamerkan semuanya di hadapan anak dapat berdampak buruk pada kesejahteraan emosional dan mental anak. Bahkan, jika dilakukan dalam jangka panjang, hal itu sama saja dengan pelecehan anak di negara tertentu.

Dalam suatu hubungan pasti memiliki perbedaan pendapat. Namun, sebagai orangtua yang bertanggung jawab, Anda harus memahami dampak buruk dari pertengkaran terus-menerus di depan anak Anda. Hal ini tidak hanya mengganggu masa kecilnya yang menggembirakan, tetapi juga dapat meninggal luka emosional permanen.

Orangtua bisa bertengkar tentang banyak hal, mulai dari hal-hal kecil hingga hal penting yang dapat menimbulkan emosi. Tetapi, tidak semua perdebatan itu buruk dan perlu dihindari. Namun, cara orang dewasa dalam menghadapi konflik tersebut di depan anak-anak mereka dapat memiliki konsekuensi yang berbeda untuk anak.

Baca Juga: 4 Tempat Wisata Edukasi untuk Anak di Depok, Ramah di Kantong Orangtua

Banyak orangtua yang berpikir bahwa anak tidak memiliki perspektif tentang kehidupan dan masalah orang dewasa, mereka tidak akan mengerti bahwa dialog yang sebenarnya terjadi adalah pertengkaran. Namun, anak-anak lebih pintar dari yang orang dewasa sadari.

Sama seperti bayi yang masih belum bisa mengucapkan sepatah kata pun, mengetahui kapan ibu marah dan kapan ibu senang, anak-anak belajar banyak dari nada bicara, tinggi nada, dan ekspresi wajah dua orang dewasa yang sedang bertengkar.

Oleh karena itu, pertimbangkan efek pertengkaran orangtua pada anak, setiap kali Anda merasa akan meledak. Inilah mengapa Anda harus berhenti berkelahi di hadapan anak-anak Anda sekarang juga.

Baca Juga: Simak! Dampak dari Perundungan pada Anak Jika Tak Didampingi Psikiater

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari parenting.firstcry, berikut 10 dampak negatif orangtua yang bertengkar di hadapan anak.

1. Timbul Rasa Ketidakamanan

Rumah adalah surga cinta dan perhatian bagi seorang anak. Orangtua yang bertengkar di hadapan anak dapat mengakibatkan kekacauan dan ketegangan, membuat anak ketakutan, cemas, dan tidak berdaya. Perasaan tidak aman ini bisa bertahan seumur hidup.

2. Muncul Perasaan Bersalah dan Malu

Anak-anak sering percaya bahwa merekalah penyebab pertengkaran orangtua mereka dan akhirnya anak merasa bersalah. Hal ini bisa membuat mereka tertekan secara emosional.

Baca Juga: Studi: Meditasi dapat Meningkatkan Kesehatan Usus

3. Merasa Harga Diri Rendah

Rasa ketidakamanan, perasaan bersalah, dan malu dapat membuat si kecil merasa tidak diinginkan dan tidak berharga. Pada akhirnya, anak akan merasa harga dirinya rendah dan bahkan perasaan tersebut dapat permanen hingga merusak hubungan pribadi dan profesional jangka panjangnya kelak.

Ada penelitian yang mengatakan bahwa, anak yang terus-menerus melihat orangtuanya berdebat, akan mengalami kesulitan memproses kontradiksi yang mereka saksikan (orangtua mereka bertengkar, tetapi tidur di kamar yang sama pada malam hari misalnya) orangtua tidak bertengkar, tetapi juga tidak menyetujui suatu hal (perkelahian pasif-agresif), dan lain sebagainya.

Ketika dibiarkan dan tidak terselesaikan, anak-anak menginternalisasi konflik semacam itu, kemudian sering menyalahkan diri sendiri atas situasi tersebut, yang mengakibatkan rendahnya harga diri.

Baca Juga: Ini Tips dari Psikolog Anak untuk Para Orangtua agar Bisa Mengenali Bakat dan Minat Buah Hati

4. Dipaksa untuk Memihak

Anak-anak pada umumnya ingin menyenangkan kedua orangtuanya. Munculnya tekanan untuk memihak dalam suatu konflik dapat menyulitkan mereka. Mereka mungkin tidak memahami dasar konflik dan bingung untuk memihak siapa yang kemudian dapat meledakkan konflik menjadi lebih besar.

Penting untuk dicatat bahwa, seringkali tekanan untuk memihak ini datang dari orangtua sendiri. Anak-anak tidak boleh dijadikan bahan perdebatan, juga tidak boleh ditarik ke dalam pertengkaran, dan dipaksa untuk memihak.

5. Panutan yang Buruk

Bagi anak, orangtua adalah panutan pertama, terbesar, dan paling berpengaruh untuknya. Sebagai panutan, jika kita menggunakan komunikasi yang tidak sehat di hadapan anak, kemungkinan mereka akan tumbuh menjadi komunikator yang buruk. Hal ini tidak hanya akan mempengaruhi hubungan pribadi mereka, tetapi juga dengan rekan-rekan mereka nanti.

Baca Juga: 3 Zodiak yang Punya Perilaku Paling Baik hingga Bikin Orangtua Bangga, Kalian Termasuk?

Bahkan, ketika orangtua sering bertengkar, anak cenderung akan meniru atau berhenti melihat orangtua sebagai panutan yang mereka banggakan.

6. Berdampak pada Akademik dan Kesehatan

Pikiran seorang anak yang menyaksikan pertengkaran orangtua dapat membuatnya sulit untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas yang ada, dan berdampak buruk pada kinerja akademik. Pikiran yang terlalu banyak bekerja dapat membuka jalan menuju penyakit fisik dan penyakit kronis.

Penelitian menyimpulkan bahwa anak yang tumbuh di rumah dengan penuh konflik, berisiko lebih mungkin terjadi masalah kesehatan fisik saat dewasa, seperti gangguan pembuluh darah, gangguan kekebalan tubuh, dan lain-lain.

7. Gangguan Mental dan Perilaku

Berjuang dalam lingkungan penuh argumen dapat berpengaruh pada mental dan membuat pikiran terkuras. Efek ini lebih jelas dirasa pada anak, karena pikiran mereka tidak memiliki mekanisme koping yang kuat.

Baca Juga: Cara Orangtua Didik Anak Soal Bullying yang Masih Marak Terjadi

Anak yang tumbuh di lingkungan tidak sehat dapat berdampak pada masalah perilaku anak, seperti menjadi tidak stabil dan cenderung berperilaku ceroboh (mudah bertengkar di sekolah, menjadi lebih nakal, dan lain-lain), atau mungkin anak menjadi menarik diri dan menjadi sangat tertutup, hingga menghindari kontak sosial.

Dalam kasus yang lebih parah, anak dapat terkena gangguan mental seperti hyperactivity deficit attention (ADHD), depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Selain itu, anak yang tumbuh di rumah yang tidak stabil lebih rentan terhadap penyalahgunaan zat berbahaya saat mereka dewasa. Gangguan mental ini dapat memengaruhi perkembangan otak anak.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alice Schermerhorn, anak yang tumbuh di rumah penuh argumen cenderung mengembangkan tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi. Mereka terus-menerus menilai lingkungan mereka, dan mencoba mempersiapkan diri untuk situasi yang berpotensi membuat stres. Keadaan kewaspadaan yang konstan ini berdampak pada cara bereaksi anak dan bagaimana cara memproses emosi mereka.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Kiat bagi Orangtua Membuat Anak Betah Belajar

8. Normalisasikan Perbuatan Salah

Normalisasi perbuatan salah seperti pelecehan verbal, fisik atau emosional adalah konsekuensi serius lainnya yang sering diabaikan dari pertengkaran orangtua di hadapan anak. Seorang anak yang tumbuh dalam rumah tangga seperti ini dapat menyulitkan ketika mereka melangkah ke dunia nyata.

9. Berdampak pada Hubungan

Pola perilaku, sikap, dan pendekatan kehidupan yang diambil anak dari rumah tangga yang mengganggu, menjadi bagian dari kepribadian mereka dan memengaruhi semua hubungan lain yang mereka miliki. Bukan hanya hubungan dengan orangtua, namun dapat memengaruhi persahabatan, hubungan romantis, karier, dan keterampilan sosial pada umumnya.

10. Memengaruhi Kepribadian Anak

Efek dari perkelahian ini seperti meninggalkan jejak yang tidak bisa dihilangkan. Anak yang tumbuh menyaksikan orangtua mereka bertengkar sepanjang waktu, cenderung mengembangkan ciri-ciri kepribadian seperti intimidasi, perilaku kompulsif, tidak fleksibel, dan bisa sangat sulit bergaul. Ini tidak hanya memengaruhi kehidupan pribadi mereka, tetapi juga kehidupan profesional dan sosial mereka.***

Editor: Rahmi Nurfajriani

Tags

Terkini

Terpopuler