Cara Mengobati Gangguan Mental PTSD: Psikoterapi hingga Obat-obatan yang Dapat Diberikan

3 Mei 2024, 16:15 WIB
Ilustrasi penderita PTSD, gangguan kejiwaan yang dapat mengarah pada upaya bunuh diri /Pexels/

PR DEPOK - Pengobatan untuk PTSD sering melibatkan kombinasi terapi psikologis, seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) dan terapi berbicara, serta penggunaan obat-obatan jika diperlukan untuk mengelola gejala seperti depresi atau kecemasan yang terkait.

Dengan pengobatan yang tepat, banyak individu dengan PTSD dapat memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengatasi dampak traumatis yang mereka alami.

Melansir nimh.nih.gov, penting bagi siapa pun yang memiliki gejala PTSD untuk bekerja sama dengan ahli kesehatan mental yang berpengalaman menangani PTSD.

Perawatan utama bagi penderita PTSD adalah psikoterapi, pengobatan, atau kombinasi psikoterapi dan pengobatan. Seorang ahli kesehatan mental dapat membantu orang menemukan rencana pengobatan terbaik untuk gejala dan kebutuhan mereka.

Baca Juga: BPNT Mei 2024 Cair Rp600.000? Cek Informasi, Besaran Dana , dan Nama Penerima pakai KTP di Sini

Beberapa orang dengan PTSD, seperti mereka yang berada dalam hubungan yang penuh kekerasan, mungkin terus mengalami trauma. Dalam kasus ini, pengobatan biasanya paling efektif bila mengatasi situasi traumatis dan gejala PTSD.

Orang yang mengalami peristiwa traumatis atau menderita PTSD juga mungkin mengalami gangguan panik, depresi, penggunaan narkoba, atau pikiran untuk bunuh diri.

Perawatan untuk kondisi PTSD dapat membantu pemulihan setelah trauma. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dan teman juga dapat menjadi bagian penting dalam pemulihan.

Baca Juga: 6 Hotel Murah di Tengah Kota Bandung, Cek Alamat dan Fasilitas Lengkapnya di Sini

Psikoterapi untuk Penderita PTSD

Psikoterapi (terkadang disebut terapi bicara) mencakup berbagai teknik pengobatan yang digunakan oleh para profesional kesehatan mental untuk membantu orang mengidentifikasi dan mengubah emosi, pikiran, dan perilaku yang mengganggu.

Psikoterapi dapat memberikan dukungan, pendidikan, dan bimbingan kepada penderita PTSD dan keluarganya. Perawatan bisa dilakukan satu lawan satu atau berkelompok dan biasanya berlangsung 6 hingga 12 minggu, namun bisa juga bertahan lebih lama.

Beberapa jenis psikoterapi menargetkan gejala PTSD, sementara yang lain berfokus pada masalah sosial, keluarga, atau pekerjaan. Psikoterapi yang efektif sering kali menekankan beberapa komponen utama, termasuk keterampilan belajar untuk membantu mengidentifikasi pemicu dan mengelola gejala.

Baca Juga: 5 Kelompok Gejala PTSD yang Harus Diwaspadai, Ada Perubahan Emosional

Salah satu jenis psikoterapi yang umum, yang disebut terapi perilaku kognitif, dapat mencakup terapi pemaparan dan restrukturisasi kognitif:

Terapi pemaparan membantu orang belajar mengelola rasa takut mereka dengan secara bertahap memaparkan mereka, dengan cara yang aman, terhadap trauma yang mereka alami. Sebagai bagian dari terapi pemaparan, orang mungkin berpikir atau menulis tentang trauma atau mengunjungi tempat kejadiannya. Terapi ini dapat membantu penderita PTSD mengurangi gejala yang menyebabkan mereka tertekan.

Restrukturisasi kognitif membantu orang memahami peristiwa traumatis. Kadang-kadang orang mengingat suatu peristiwa secara berbeda dari bagaimana peristiwa itu terjadi. Mereka mungkin merasa bersalah atau malu atas sesuatu yang bukan kesalahan mereka. Restrukturisasi kognitif dapat membantu penderita PTSD memikirkan apa yang terjadi secara realistis.

Baca Juga: Gangguan Mental PTSD, Apa Itu Post Traumatic Stress Disorder?

Obat-obatan

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui dua inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), sejenis obat antidepresan, untuk pengobatan PTSD. SSRI dapat membantu mengatasi gejala PTSD seperti kesedihan, kekhawatiran, kemarahan, dan rasa mati rasa secara emosional.

Penyedia layanan kesehatan mungkin meresepkan SSRI dan obat lain bersama dengan psikoterapi. Beberapa obat dapat membantu mengatasi gejala PTSD tertentu, seperti masalah tidur dan mimpi buruk.***

DISCLAIMER: Artikel ini hanya dimaksudkan sebagai informasi umum dan tidak membahas kondisi individu. Ini bukan pengganti saran atau bantuan profesional dan tidak boleh diandalkan untuk membuat keputusan apa pun. Anda tetap perlu mengikuti anjuran dokter.

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler