Tak hanya itu, mengenai kuantitas ASI encer maupun ASI kental, kondisi ini bisa sangat subjektif sehingga ibu menyusui disarankan sesering mungkin melakukan konsultasi dengan dokter.
"Banyak foremilk-nya terlalu sedikit hindmilk-nya itu sangat subjektif. Makanya objektifnya data. Kalau berat badannya naiknya baik saya rasa tidak perlu ada kekhawatiran," katanya.
Baca Juga: KPK Resmi Tahan Anggota dan Eks Anggota DPRD Jabar sebagai Tersangka Kasus Dana Banprov Indramayu
Selanjutnya, ia mengingatkan ibu menyusui terkait kelancaran produksi ASI bagi bayi.
Ibu menyusui juga sebaiknya memperhatikan pola makan yang seimbang, artinya harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral melalui makanan sehari-hari yang bervariasi.
Alasannya karena kebutuhan ibu menyusui lebih tinggi ketimbang perempuan yang tidak menyusui, sementara bayi biasanya membutuhkan 450-500 kilo kalori dan ini bisa dicukupi dari satu porsi makanan sehat.
Baca Juga: Tagihan Utang BLBI Capai Rp110 Triliun Lebih, Mahfud MD: Akan Lebih Baik Datang Sukarela ke Kemenkeu
Dengan demikian, bila ibu menyusui biasanya makan 3 kali sehari, maka bisa menambah satu menjadi 4 kali, bukan 6 kali.
Agar produksi ASI lancar ingatlah prinsip supply and demand. Jadi, semakin sering ASI dikeluarkan, diperah maka akan semakin sering pula ASI diproduksi.
Selain itu, para ibu menyusui sebaiknya mengendalikan stres mereka karena akan menghambat kelancaran aliran ASI.***