Pakar Sebut Orang yang Merokok Sejak Dini Cenderung Alami Kesukaran untuk Berhenti

- 1 Juni 2021, 20:07 WIB
Ilustrasi rokok.
Ilustrasi rokok. /Pixabay/PublicDomainPictures

PR DEPOK – Anak-anak dan remaja harus dibentengi dari rokok, hal ini disebabkan adanya efek kecanduan nikotin yang lebih besar jika dikomparasikan dengan orang dewasa.

Dokter Spesialis penyakit dalam Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM yang berasal dari Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa nikotin yang merupakan salah satu kandungan kimia dalam rokok yang cukup berbahaya adalah nikotin.

Nikotin bisa memunculkan kecanduan yang membuat seseorang cenderung sukar untuk berhenti.

Baca Juga: Berbeda dengan Deny Darko Pakar Tarot Ramal Pernikahan Lesti Kejora dan Rizky Billar Akan Ada Keharmonisan

“Semakin dini mulai merokok, maka akan semakin sulit untuk berhenti. Selain itu, kecanduan rokok bisa menjadi pintu gerbang untuk mencoba narkoba jenis lainnya,” ungkap dokter Tedi dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara, Selasa, 1 Juni 2021.

Tidak hanya itu saja, semakin muda seseorang menyentuh rokok, maka akan semakin besar risiko terjadinya gangguan kesehatan.

Gangguan kesehatan yang dimaksud di sini adalah kerusakan pada organ paru-paru dan organ lain seperti pembuluh darah dan jantung.

Dokter spesialis penyakit dalam pada Primajaya Hospital Sukabumi juga menjelaskan apa bahaya dari paparan nikotin sehubungan dengan perkembangan anak.

Baca Juga: Larissa Chou Bongkar 7 Fakta tentang Alvin Faiz yang Menjadi Penyebab Keretakan Rumah Tangganya

Beberapa hal yang dapat terjadi seperti gangguan kecerdasan dan tingkah laku sampai kepada terjadinya gangguan konsentrasi akibat munculnya kerusakan pada korteks cerebri.

Para orang tua harus mengambil peran dengan memberikan kesadaran kepada anak sejak dini bahwa merokok tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga berdampak pada orang lain.

Apalagi jika orang tua yang menjadi perokok maka ada kemungkinan anak mereka bisa menjadi perokok pasif.

Anak bisa menjadi perokok pasif jika di lingkungannya terdapat sejumlah perokok aktif baik itu di rumah, sekolah, atau tempat bermain.

“Bahkan anak dalam kandungan bisa disebut menjadi perokok pasif bila ibu yang mengandung merokok saat hamil,” ucap dokter Tedi.

Baca Juga: Tak Puas dengan Kualitas Hidup di Kamp Pengungsian, Ribuan Pengungsi Rohingya Gelar Aksi Protes

Anak juga kemungkinan bisa menjadi perokok tangan ketiga, yaitu mereka yang menghisap racun dari asap rokok yang berasal dari perokok aktif, selanjutnya menempel dan bercampur dengan benda-benda atau tubuh.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merencanakan sejumlah 5 juta orang berhenti dari kebiasaan merokok dengan melaksanakan sejumlah program kerja yang disinergikan dengan peringatan Hari Tembakau Sedunia 2021 yang jatuh pada 31 Mei 2021 kemarin.

Prevalensi para perokok pada kelompok usia anak-anak 10-18 tahun naik 7,2 persen di tahun 2013 menjadi 9,1 persen tahun 2018.

Kebiasaan merokok juga memberikan dampak terhadap peningkatan angka kematian terbesar nomor dua di Indonesia setelah penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Ogah Dijodohkan Ibunda dengan Bupati, Anya Geraldine Blak-blakan: Ntar Gue Foto Seksi Diomelin

Beberapa penyakit tidak menular bahkan bisa diakibatkan oleh merokok seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit paru oktsotivcoronis, stroke, dan penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskular.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada tahun 2020 memberikan fakta bahwa penggunaan tembakau telah menghilangkan nyawa lebih dari 8 juta orang setiap tahun yang terbagi menjadi 7 juta orang sebagai perokok aktif tembakau, dan 1,2 juta orang menjadi perokok pasif.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x