6 Mitos Berbahaya tentang Penyakit Mental yang Sering Disalahartikan

- 23 November 2023, 09:56 WIB
7 Mitos Berbahaya tentang Penyakit Kesehatan Mental
7 Mitos Berbahaya tentang Penyakit Kesehatan Mental /Pexels/Juan Pablo Serrano Arenas/

PR DEPOK - Penyakit mental terkadang menimbulkan stigma dan misinformasi. Hal ini merupakan konsekuensi yang disayangkan karena penyakit mental seringkali 'tidak terlihat' dibandingkan dengan penyakit fisik.

Banyak gejala penyakit mental yang hanya dapat disadari oleh orang yang mengalaminya. Menangani kesehatan mental dengan tepat memerlukan empati terhadap orang asing, dan memercayai apa yang dikatakan orang tentang pikiran dan perasaan mereka.

Sayangnya hal itu tidak umum terjadi. Sisi positifnya, kita dapat dengan jelas melihat visibilitas kesehatan mental meningkat di media, dan berharap mitos berbahaya tentang penyakit mental akan menghilang.

Baca Juga: 3 Hidangan Nasi Krawu di Tuban, Jawa Timur Paling Rekomen, Simak Alamatnya

Berikut telah dirangkum oleh PikiranRakyat-Depok.com beberapa mitos umum tentang penyakit mental dan apa kebenarannya.

6 Mitos Berbahaya tentang Penyakit Mental

1. Orang dengan Penyakit Mental Suka Kekerasan, Orang yang Melakukan Kekerasan Sering Kali Sakit Mental

Hal ini telah dibantah berkali-kali, namun tetap menjadi mitos karena banyak alasan. Yang paling jelas mungkin adalah penggambaran di media, serta dorongan agar kita percaya bahwa seseorang tidak akan melakukan kejahatan tertentu kecuali mereka memiliki penyakit mental atau “gila”.

Baca Juga: Ramalan Shio Ayam, Anjing, dan Babi untuk Kamis, 23 November 2023: Temukan Ritme Kerja, Dengarkan Nasihat

Kenyataannya jauh lebih rumit, dan jauh lebih mudah untuk menganggap seseorang tidak stabil secara mental daripada mempelajari konteks situasinya, atau menghargai cara orang waras dapat meyakinkan diri mereka sendiri tentang hal-hal aneh.

Kenyataan yang tidak menyenangkan adalah bahwa orang yang waras mampu melakukan hal-hal buruk, dan penyakit mental sebenarnya lebih mungkin untuk menjadikan seseorang sebagai korban.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Psych2Go


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah