Ragukan Taliban Sudah Berubah, Amnesty International Beberkan Fakta Mengejutkan di Afghanistan

21 Agustus 2021, 15:00 WIB
Warga Afghanistan membawa bendera dalam aksi protes anti Taliban di Jalalabad, Afghanistan 18 Agustus 2021. /PAJHWOK AFGHAN NEWS/via REUTERS

PR DEPOK – Kelompok Taliban baru-baru ini membuat pengakuan soal aturan mereka yang telah berubah pasca menggulingkan pemerintahan Afghanistan.

Akan tetapi, Amnesty International kabarnya meragukan pernyataan Taliban tersebut dan membeberkan sejumlah fakta mengejutkan yang terjadi di Afghanistan beberapa waktu lalu.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera, Amnesty International menyoroti pembantaian 9 orang pria etnis Hazara yang dilakukan pejuang Taliban setelah menguasai provinsi Ghazni Afghanistan bulan lalu.

Baca Juga: Khawatir Taliban di Afghanistan Balas Dendam, PBB Sebut Incar Orang yang Bekerja untuk Pasukan AS dan NATO

Dari hasil penyelidikan yang dipublikasikan pada Kamis 19 Agustus 2021, para saksi memberikan keterangan tentang pembunuhan tersebut.

Kelompok Taliban membunuh 9 orang etnis Hazara sejak 4 Juli hingga 6 Juli.

Menurut laporan Amnesty, Taliban menembak 6 orang pria dan 3 disiksa hingga tewas.

Untuk diketahui, etnis Hazara adalah kelompok etnis terbesar ketiga di Afghanistan, dengan sebagian besar Muslim Syiah.

Baca Juga: Tanggapi Netizen yang Menyebutnya 'Dokter Abal-abal', dr. Tita Unggah Foto Wisuda dan Skripsinya

Tidak hanya itu, masih ada fakta-fakta kekerasan yang dilakukan pejuang Taliban.

Ketika pertempuran terjadi di provinsi Ghazni antara pasukan pemerintah Afghanistan dan Taliban, rumah mereka telah dijarah dan pejuang Taliban sedang menunggu mereka.

Seorang pria, Wahed Qaraman (45) lalu dibawa dari rumahnya oleh pejuang Taliban lalu disiksa.

Jaffar Rahimi (63) dan Sayed Abdul Hakim (40) juga mengalami hal serupa.

Baca Juga: Lirik Lagu Chasing Stars dari Alesso, Marshmello, dan James Bay

Amnesty juga melaporkan beberapa aksi pembunuhan di Afghanistan dua hari setelah itu.

Terkait hal tersebut, Amnesty menyebutkan bahwa kemungkinan hanya mewakili sebagian kecil dari korban.

Pasalnya pejuang Taliban telah memutus layanan telepon seluler di banyak daerah, dan menyaring foto dan video yang harus dipublikasikan.

Terkait aksi kekerasan dan pembunuhan di Afghanistan, Amnesty mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi darurat yang menuntut agar Taliban menghormati hukum hak asasi manusia internasional.

Baca Juga: Menlu China Wang Yi Minta Semua Pihak Hormati Pilihan Rakyat Afghanistan

Selain itu, mereka meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk meluncurkan mekanisme investigasi yang kuat untuk mendokumentasikan, mengumpulkan, dan melestarikan bukti kejahatan yang sedang berlangsung dan pelanggaran hak asasi manusia.

Sebagai informasi, pasca menguasai Kabul, Taliban menyatakan aturan lebih moderat dan tidak memberlakukan aturan brutal pada era sebelumnya.

Dalam konferensi pers pada hari Selasa, 17 Agustus 2021, seorang juru bicara Taliban mengatakan kelompok itu tidak memiliki rencana untuk melakukan serangan balasan terhadap siapa pun yang bertugas di pemerintahan sebelumnya, bekerja dengan orang asing atau merupakan bagian dari pasukan keamanan nasional.

Baca Juga: Aurel Hermansyah Hamil Lagi, Atta Halilintar: Setelah 3 Bulan Lebih Merahasiakan

Akan tetapi, menurut laporan penilaian ancaman rahasia PBB, para pejuang Taliban pergi dari rumah ke rumah untuk mencari lawan dan keluarga mereka, dan juga menyaring orang-orang dalam perjalanan ke bandara Kabul.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler