Dampak Serangan ISIS-K, Kanselir Jerman: Jelas Taliban adalah Realitas di Afghanistan Saat Ini

28 Agustus 2021, 14:17 WIB
Ilustrasi anggota gerilyawan Taliban. /REUTERS/Stringer.

PR DEPOK - Serangan mematikan di bandara Kabul telah menggarisbawahi politik nyata yang dihadapi kekuatan Barat di Afghanistan.

Sementara Taliban mungkin merupakan kesempatan terbaik mereka untuk mencegah negara itu tergelincir ke tempat berkembang biak bagi kelompok teroris.

Hampir dua pekan setelah Taliban kembali berkuasa di Afghanistan, para pejabat di Eropa mulai mengakui bahwa pilihan pragmatis, yang mana mereka lebih memilih mengesampingkan ketidaksukaan terhadap para pemimpin baru negara itu.

Baca Juga: Ustaz Yahya Waloni Langsung Ditahan, Refly: Allahuakbar, kalau BuzzeRp Dulu Dijadikan Tersangka Saja Tidak

"Jelas! Taliban adalah realitas di Afghanistan sekarang. Realitas baru ini terdengar pahit, tetapi kita harus bekerja dengannya (Taliban, red)," kata Kanselir Jerman Angela Merkel sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan tidak cukup bagi kekuatan G7 untuk mengambil sikap agresif terhadap Taliban.

Paling tidak, lanjut pejabat senior Uni Eropa ini, karena itu akan memberi China dan Rusia suara yang lebih besar mengenai masa depan Afghanistan.

Baca Juga: Cara Cek Daftar Penerima PKH, Bansos Tunai, Kartu Sembako Lewat HP di Link cekbansos.kemensos.go.id

Di sisi lain, Pakistan dan Turki juga telah mendesak negara-negara Barat untuk tidak terlalu cepat menyudutkan rezim baru itu.

Pakistan dan Turki juga meminta AS dan sekutunya menunda penerapan sanksi terhadap Afghanistan, dan menjaga saluran diskusi terbuka untuk mencegah kehancuran keamanan serta migrasi.

Bantuan akan menjadi bagian penting dari penjangkauan itu, mengingat krisis kemanusiaan di negara yang dilanda konflik dan kekeringan, dengan 5,5 juta dari 40 juta orangnya mengungsi.

Baca Juga: Info Bansos 2021: Kemensos dan DPR Sepakat Data Penerima PKH, BST, BPNT dan Bantuan Lain Diakurasi

Uni Eropa mengatakan akan meningkatkan dukungannya untuk warga Afghanistan yang masih berada di negara itu dan mereka yang melarikan diri menjadi lebih dari Rp3,37 triliun dari yang sebelumnya hanya Rp844 miliar.

Sementara AS mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan pekerjaan kemanusiaan berlanjut tetapi tidak mengurangi tekanan sanksi terhadap Taliban.

Washington tampaknya tidak sampai pada pandangan yang dianut Uni Eropa bahwa Taliban adalah pilihan yang paling tidak buruk saat ini di Afghanistan.

Baca Juga: Segera Cek Daftar Penerima BLT Anak Sekolah Lewat HP di Link cekbansos.kemensos.go.id, Ada Bantuan Rp4,4 Juta

Lebih jauh lagi, mundurnya AS dari Afghanistan setelah 20 tahun mencoba untuk membawa stabilitas dan demokrasi telah mendorong moral untuk gerakan radikal dimana-mana, khususnya di negara tersebut.

Insiden bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis, 26 Agustus 2021 silam, yang diklaim ISIS-K, adalah pengingat bahwa militan ekstremis bisa mendapat pijakan jika negara itu dibiarkan terbengkalai.

Para pejabat AS percaya ISIS-K, afiliasi Afghanistan dari ISIS dengan reputasi kebrutalan ekstrim, berada di balik serangan tersebut.

Baca Juga: PAN Gabung ke Kubu Jokowi, Syahrial: seperti Prabowo, Berapi-api di Pilpres 2019 Lalu Tinggalkan Pendukungnya

"Masalahnya bukan karena Taliban mengendalikan negara saat ini, tetapi Taliban benar-benar tidak mengendalikan negara dan tidak ada yang melakukannya," kata Crocker, mantan duta besar AS untuk Afghanistan.

Menurut laporan terpisah, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas akan melakukan perjalanan ke wilayah itu untuk melakukan pembicaraan di Tajikistan, Uzbekistan, Pakistan, Turki dan Qatar.

Pembicaraan itu tidak terlepas dari bagaimana masyarakat internasional dapat menangani Afghanistan sekarang di bawah Taliban.

Baca Juga: Pemerintah Salurkan Bansos Rp4,4 Juta, Segera Cek Nama Penerima Bantuan BLT Anak Sekolah 2021 dengan Cara Ini

"Tidak hanya untuk memfasilitasi evakuasi yang aman dari orang-orang yang membutuhkan perlindungan, tetapi juga untuk menjaga pencapaian terpenting dalam dua dekade terakhir," kata laporan kementerian Jerman.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler