Pemimpin Separatis Syed Ali Geelani Wafat, India Putuskan Lockdown Kashmir

2 September 2021, 20:13 WIB
Ilustrasi bendera India. /Pixabay/hari_mangayil.

PR DEPOK - Pihak berwenang India menindak gerakan publik dan memberlakukan pemutusan komunikasi hampir total di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Tindakan itu dilakukan ketika Syed Ali Geelani, seorang pemimpin separatis paling terkenal yang menjadi lambang perlawanan terhadap India, meninggal dunia pada Rabu, 1 September 2021 malam waktu setempat.

Geelani meninggal pada usia 92 tahun. Kabarnya akan dimakamkan di pemakaman lokal yang diselenggarakan oleh pihak berwenang di bawah penjagaan ketat.

Baca Juga: Unggah Video Nasihat UAH untuk Prabowo Subianto, Gus Umar: Masih Ingat Pendukung Anda Dulu, Khususnya HRS?

Putranya, Naseem Geelani, mengatakan keluarga telah berencana menguburnya di kuburan para pahlawan utama di Srinagar, kota utama di wilayah itu, seperti yang ditentukan dalam surat wasiatnya tetapi tidak diizinkan oleh polisi.

“Mereka (polisi) menyambar tubuhnya dan menguburnya secara paksa. Tak seorang pun dari keluarga yang hadir untuk pemakamannya," katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Associated Press.

"Kami mencoba melawan tetapi mereka mengalahkan kami. Bahkan mereka memukul anggota perempuan kami," ucap dia menambahkan.

Baca Juga: Warga Berkerumun Demi Bingkisan Jokowi, Berlian Idris: Konsistensi Pakde Soal Ini Emang Gak Ada Matinya

Pada Kamis, 2 September 2021, dilaporkan bahwa pihak berwenang India menguburkan jenazah Geelani dan melarang pemakaman massal

Pejabat dan pihak berwenang India memberlakukan pelarangan pemakaman massal karena untuk mengantisipasi protes anti-India.

Karena sebagian besar warga Kashmir tetap terkunci di dalam rumah mereka, polisi dan tentara India berpatroli di wilayah yang tegang itu.

Pasukan pemerintah menempatkan barikade baja dan kawat berduri di banyak jalan, jembatan dan persimpangan dan mendirikan pos pemeriksaan tambahan di kota-kota dan desa-desa di Lembah Kashmir.

Baca Juga: Tolak Wacana Pemindahan Ibu Kota Negara, Refrizal: Gaya-gayaan, Apa Bapak Gak Tau Utang Sudah Menggunung?

Pihak berwenang juga menutup sebagian besar jaringan ponsel dan layanan internet seluler dalam taktik umum yang digunakan oleh India untuk mencegah protes massal.

Untuk diketahui, Geelani mempelopori gerakan Kashmir untuk hak menentukan nasibnya sendiri. Selain itu ia merupakan pendukung setia ide penggabungan Kashmir dengan Pakistan.

Dia sangat menentang setiap dialog dengan New Delhi, posisi yang ditolak oleh pemerintah India berturut-turut yang sering menjulukinya sebagai politisi garis keras.

Baca Juga: Peduli dan Khawatir, Gus Miftah Rela Keluarkan Rp180 Juta demi Kesembuhan Deddy Corbuzier yang Sempat Kritis

Geelani juga memimpin faksi All Parties Hurriyat Conference, sebuah asosiasi dari berbagai kelompok politik dan agama Kashmir yang dibentuk pada tahun 1993 untuk mempelopori gerakan penentuan nasib sendiri di kawasan itu.

Kelompok tersebut menggunakan perlawanan sipil dalam bentuk penutupan dan protes sebagai taktik untuk melawan pemerintahan India.

Bagi banyak orang di Kashmir dan sekitarnya, Geelani adalah simbol utama perlawanan yang paling bertahan lama terhadap pemerintah India.

Seorang petani Mohammed Akbar mengatakan kematian Geelani membuatnya sedih tetapi juga marah setelah dirinya mengetahui bahwa tubuh Geelani telah dimakamkan oleh pihak berwenang yang tidak memperbolehkan pemakaman massal.

Baca Juga: Usai Dijodohkan, Begini Obrolan Harris Vriza dan Cut Syifa saat Dipertemukan secara Langsung

“Mereka mencari cara untuk mempermalukan kami. Mereka bahkan takut pada Geelani yang sudah mati," ungkapnya sambil memeluk cucunya.

Di sisi lain, Pakistan merayakan hari berkabung resmi dan mengibarkan bendera setengah tiang atas perintah Perdana Menteri Imran Khan.

Sementara Kementerian luar negerinya mengutuk penguburan non-publik dengan tidak memperbolehkan massa berkumpul menguburkan Geelani oleh otoritas India.

“Pakistan mengutuk keras tindakan biadab penculikan jenazah pemimpin Kashmir yang ikonik oleh polisi India," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di Islamabad.

Baca Juga: Siswa SD, SMP, SMA Bisa Dapat Bantuan dengan Total Rp4,4 Juta, Segera Cek Penerima BLT Anak Sekolah 2021

Kashmir telah lama menjadi titik nyala antara India dan Pakistan, yang keduanya mengklaim wilayah itu secara penuh tetapi hanya menguasai sebagian.

Penduduk Kashmir telah berperang melawan pemerintahan India sejak 1989. Sebagian besar Muslim Kashmir mendukung tujuan agar wilayah itu dipersatukan baik di bawah pemerintahan Pakistan atau sebagai negara merdeka.

New Delhi menuduh Pakistan mensponsori militan Kashmir, tuduhan yang dibantah oleh Pakistan. Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah tewas dalam konflik tersebut.

Baca Juga: Kapan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 20 Dibuka? Berikut Bocoran Estimasi Jadwalnya

Ketegangan berkobar di wilayah itu pada 2019 setelah New Delhi mencabut semi-otonomi Kashmir, menghapus status kenegaraannya, dan menghapus perlindungan warisan atas tanah dan pekerjaan.

Pihak berwenang India sejak itu telah mengeluarkan banyak undang-undang baru, yang oleh banyak kritikus dan warga Kashmir digambarkan sebagai kolonialisme pemukim.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler