Dianggap Tidak Hormati Kesepakatan dengan Prancis, Australia Sebut Pilih yang Terbaik untuk Keamanan Nasional

18 September 2021, 13:36 WIB
Ilustrasi bendera Australia. /Pixabay/Marius_Oberholster

PR DEPOK - Perseteruan perjanjian AUKUS terhadap Paris terus bergulir dengan Prancis telah menarik duta besarnya dari AS dan Australia.

Prancis merasa dikhianati ketika Australia menarik diri dari kesepakatan kapal selam dengan beralih kepada kesepakatan baru dengan AS dan Inggris.

Di lain sisi, Australia dan AS melihat konflik ini secara berbeda. Mereka mengindikasikan bahwa pemerintah Prancis tidak dibutakan oleh pengingkaran kontrak kerja sama.

Baca Juga: Terkait Dugaan Pencemaran Nama Baik, Atta Halilintar Laporkan YouTuber Savas Fresh ke Polisi

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari East Bay Times pada Sabtu, 18 September 2021, AS dan Australia mengaku bahwa para pejabat tinggi Prancis telah diberitahu mengenai keputusan tersebut.

"Hal ini (putus kontrak) disampaikan langsung ke presiden, disampaikan langsung ke menteri luar negeri dan menteri pertahanan," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Morrison mengaku telah berbicara mengenai penarikan kesepakatan ketika dirinya bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada akhir Juni lalu.

Baca Juga: Larissa Chou Sudah Punya Calon Pendamping Hidup, Umi Rania: Doakan Saja

"Kami makan malam bersama di Paris. Saya sampaikan tentang kekhawatiran Australia mengenai kemampuan kapal selam konvensional untuk menghadapi lingkungan strategis baru yang akan dihadapi," ungkapnya.

"Saya juga memperjelas bahwa ini adalah masalah yang perlu diambil Australia demi kepentingan nasional," Morrison menambahkan.

Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan dalam konferensi pers bahwa keputusan untuk memilih kapal selam bertenaga nuklir Amerika daripada kapal selam diesel konvensional Prancis didasarkan pada yang terbaik untuk kepentingan keamanan nasional.

Baca Juga: Merasa Ditikam dari Belakang, Inilah Alasan Prancis Marah kepada AS, Australia, dan Inggris

Dutton berpendapat bahwa Prancis memiliki versi yang tidak lebih unggul dari yang dioperasikan oleh Amerika Serikat, Inggris.

"Dan pada akhirnya, keputusan yang kami buat didasarkan pada kepentingan terbaik keamanan nasional kami.” jelasnya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga berusaha untuk mengecilkan keretakan antara AS dan Prancis, menekankan pentingnya Paris sebagai “mitra vital” di Indo-Pasifik dan di seluruh dunia.

Baca Juga: Wendi Cagur Terharu Lawakan Sederhananya Bikin Seorang Warganet Tidak Jadi Bunuh Diri

"Saya ingin menekankan bahwa tidak ada kesenjangan regional yang memisahkan kepentingan Atlantik dan mitra Pasifik kami," kata Blinken dalam sambutannya di Departemen Luar Negeri.

"AS menyambut baik Negara-negara Eropa memainkan peran penting di Indo-Pasifik,” ungkap menlu AS itu.

“Prancis, khususnya, adalah mitra penting dalam hal ini," ia menambahkan.

Baca Juga: Cek Dashboard secara Berkala untuk Mengetahui Status Kelolosan Kartu Prakerja Gelombang 21

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kesepakatan AUKUS adalah tikaman dari belakang dan langkah yang menunjukkan kurangnya koherensi.

“Ini tidak dilakukan antar sekutu. Benar-benar menusuk dari belakang," ujarnya.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: East Bay Times

Tags

Terkini

Terpopuler