Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban, Jenderal AS Sebut Donald Trump dan Joe Biden Salah Strategi

30 September 2021, 12:56 WIB
Kepala Komando Pusat AS Frank MacKenzie mengkritik keputusan Donald Trump dan Joe Biden hingga mengakibatkan jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban. /REUTERS/Mike Segar.

PR DEPOK – Belum lama ini diketahui pemerintahan Afghanistan kembali jatuh ke genggaman tangan kelompok Taliban.

Terkait jatuhnya Afghanistan ke Taliban, Kepala komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie justru menyoroti keputusan Presiden Joe Biden dan Donald Trump.

Kepada komite angkatan bersenjata AS, Frank McKenzie menyebutkan bahwa strategi Donald Trump maupun Joe Biden sama-sama berdampak pada kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban.

Baca Juga: Dorong TVRI Tayangkan Film G-30 S-PKI, Sukamta: Kita Bukan Anti Negara Komunis, Tapi Ajarannya

Ia menilai runtuhnya Afghanistan dan pasukan keamanannya dapat dilacak pada kesepakatan di tahun 2020 antara Taliban dan pemerintahan Donald Trump.

Berdasarkan kabar yang dihimpun, kesepakatan antara keduanya yakni menjanjikan untuk penarikan pasukan AS sepenuhnya.

Sementara Joe Biden pada April lalu memutuskan agar pasukan AS harus di bawah 2.500 dan meminta agar segera selesai melakukan penarikan pasukan di Afghanistan.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian, Frank McKenzie berpendapat kebijakan-kebijakan tersebut menjadi salah satu penyebab jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 30 September 2021: Aldebaran Masuk Perangkap, Reyna Temukan 'Kunci' Teror

Lebih lanjut, ia merujuk pada perjanjian 29 Februari 2020 silam, yang telah ditandatangani pemerintahan Donald Trump dengan Taliban di Doha, Qatar.

Menurutnya, perjanjian AS untuk menarik pasukannya sepenuhnya dari Afghanistan dan Taliban berkomitmen pada beberapa syarat, termasuk menghentikan serangan terhadap AS dan pasukan koalisi memiliki dampak yang buruk.

“Penandatanganan perjanjian Doha memiliki efek yang sangat merusak pada pemerintah Afghanistan dan militernya, psikologis lebih dari apapun, tetapi kami menetapkan tanggal – pasti kapan kami akan pergi dan kapan mereka dapat mengharapkan semua bantuan untuk berakhir,” katanya.

Baca Juga: Sebut Langkah Kapolri Rekrut Novel Cs Sangat ‘Mematikan’, Ferdinand: Bunuh Ikan Tak Perlu Pukul Kepalanya

Perjanjian yang dimaksudkan untuk mempromosikan negosiasi damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, justru tidak pernah mendapat daya tarik sebelum Joe Biden menjabat pada Januari.

Lalu, mengenai keputusan Joe Biden, McKenzie sudah menduga jika AS mengurangi jumlah penasihat militernya di Afghanistan di bawah 2.500, pemerintah Kabul pasti akan runtuh dan militer akan mengikuti.

Dia mengatakan selain efek penurunan moral dari perjanjian Doha dan pengurangan pasukan yang diperintahkan Joe Biden adalah “paku lain di peti mati”.

Baca Juga: Seorang Mahasiswa Ngaku Ditampar Polisi saat Hendak Kritik Jokowi: Dia Bilang 'kok Kamu Sok-sokan sih'

Sepakat dengan Frank McKenzie, Menteri Pertahanan Lloyd Austin menyebutkan bahwa perjanjian Doha juga mengikat AS untuk mengakhiri serangan udara terhadap Taliban.

"Sehingga Taliban menjadi lebih kuat, mereka meningkatkan operasi ofensif mereka terhadap pasukan keamanan Afghanistan, dan Afghanistan kehilangan banyak orang setiap minggu,” ujarnya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler