Eks Kepala Unit Software Pentagon Sebut AS Butuh 15 Tahun untuk Mengejar Ketertinggalan Teknologi China

12 Oktober 2021, 18:50 WIB
Ilustrasi Departemen Pertahanan Arlington, Virginia, Amerika Serikat. /Pixabay

PR DEPOK - Mantan kepala software Pentagon AS mengatakan bahwa China tengah menuju dominasi global dalam teknologi terbarukan, termasuk Kecerdasan Buatan (AI).

Menurut Nick Chaillan, salah satu faktor China semakin terdepan dalam urusan AI karena laju inovasi yang lambat dari AS.

“Harus diakui, kami tidak memiliki peluang bersaing melawan China dalam 15 hingga 20 tahun ke depan dalam urusan AI," ujarnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Hill pada Selasa, 12 Oktober 2021.

Baca Juga: Oknum Peretas Targetkan Pertahanan AS dan Israel, Microsoft Sebut Iran yang Jadi Dalang di Balik Serangan

Chaillan juga menambahkan bahwa beberapa dari sistem pertahanan cyber AS berada sangat jauh dari China, ia menyebutnya setingkat "taman kanak-kanak".

Sebelumnya, Chaillan mengumumkan pengunduran dirinya bulan lalu sebagai tindakan protes terhadap lambatnya perkembangan teknologi AS.

Ia mengatakan bahwa Amerika dalam mengejar kapasitas AI yang tidak ada agresivitas menempatkan negara dalam bahaya.

Dalam dekade berikutnya, laporan intelijen Barat memperkirakan China akan mendominasi dengan banyak teknologi baru seperti AI, biologi sintetis, dan genetika.

Baca Juga: Zaim Saidi Bos Pasar Muamalah yang Pakai Dinar Dirham Divonis Bebas, Alghiffari: Kasihan Difitnah oleh Buzzer

Chaillan juga mengaitkan langkah yang lamban dengan perusahaan seperti Google yang ragu-ragu untuk bekerja dengan pemerintah dalam urusan AI dan berbelitnya masalah birokrasi AI di AS.

Sementara China terus maju tanpa mempertimbangkan potensi konsekuensi etis, jelas eks kepala software Pentagon itu.

Di sisi lain, Google membantah ucapan Chaillan, menurutnya mereka telah bekerja sama dengan pemerintah dalam mengembangkan berbagai proyek teknologi.

"Google bangga bekerja sama dengan pemerintah AS, dan kami memiliki banyak proyek yang sedang berjalan hari ini, termasuk dengan Departemen Pertahanan, Departemen Energi, dan NIH"

Baca Juga: Bingung dengan Urgensi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Cipta Panca: Padahal Ibu Kota Negara Mau Dipindah

"Kami berkomitmen untuk terus bermitra dengan pemerintah AS, termasuk militer, baik pada proyek tertentu maupun pada kebijakan yang lebih luas seputar AI yang konsisten dengan prinsip kami," kata juru bicara Google, Cloud.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III pada Juli lalu mengakui bahwa China adalah tantangan terbesar AS dalam hal pengembangan AI.

"Kami akan bersaing untuk menang, tetapi kami akan melakukannya dengan cara yang benar," kata Austin.

Dalam sebuah unggahan di akun LinkedIn pribadinya, Chaillan bersikeras bahwa AS tidak dapat mampu menyusul ketertinggalan dari China.

Baca Juga: Ingin Bangun Taman Alkitabiah, Israel Bongkar Makam Tentara Yordania di Palestina

"Jika AS tidak dapat menandingi populasi pekerja keras yang berkembang pesat di China, maka kita harus menang dengan menjadi lebih cerdas, lebih efisien, dan condong ke depan melalui kelincahan, pembuatan prototipe cepat, dan inovasi"

"Kita harus menjadi yang terdepan dan paling depan," tutur Chaillan.

Chaillan juga kritis terhadap Departemen Pertahanan untuk menempatkan orang-orang dengan pengalaman TI yang terbatas dalam peran kepemimpinan atas program perangkat lunak.

Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Film Eternals: Angelina Jolie akan Berperan sebagai Thena

"Departemen Pertahanan harus berhenti berpura-pura sementara kita membuang-buang waktu dalam birokrasi, musuh kita bergerak lebih jauh ke depan," kata Chaillan.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Hill

Tags

Terkini

Terpopuler