Usai Kim Jong-Un Tembak Mati Pasien yang Kabur dari Karantina, WHO Klaim Tidak Ada Indikasi Kasus Virus Corona di Korea Utara

19 Februari 2020, 16:27 WIB
PEMIMPIN Korea Utara Kim Jong Un beridiri di hadapan makam Kim Jong Il saat perayaan hari lahir Kim Jong Il dalam foto tak bertanggal yang dirilis North Korea's Central News Agency, Sabtu 15 Februari 2020.* /KCNA/REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT - Tidak ada indikasi kasus virus corona baru di Korea Utara, hal ini diklaim oleh seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meskipun laporan media Korea Selatan menyatakan epidemi ini telah menyebar ke negara yang terisolasi secara politik itu.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Reuters pada Rabu, 19 Februari 2020 Dr. Mike Ryan Kepala Program Kedaruratan WHO mengatakan bahwa tidak ada indikasi kasus virus corona baru di Korea Utara.

Sebelumnya beredar isu bahwa Presiden Korea Utara Kim Jong-Un diduga menembak mati warganya yang terjangkit virus corona usai sang pasien tersebut kabur dari sebuah karantina.

Baca Juga: 2 Pesawat Jatuh ke Tanah Setelah Tabrakan di Udara, Tewaskan 4 Orang

"Saat ini tidak ada sinyal, tidak ada indikasi yang mengarah ke COVID-19 di sana," kata Dr. Mike Ryan.

COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.

Pejabat WHO tersebut mengatakan tidak punya alasan untuk percaya bahwa ada masalah khusus yang terjadi di Korea Selatan dan hal itu akan memberi Korea Utara lebih banyak persediaan laboratorium untuk melakukan tes diagnostik, kata Ryan.

Baca Juga: Kisah Haru Pelajar SMK di Depok Jualan Tisu demi Bisa Pulang ke Rumah

Beberapa media Korea Selatan melaporkan beberapa kasus dan kemungkinan kematian akibat virus corona di Korea Utara, tetapi belum ada verifikasi independen.

Pada hari Selasa, 18 Februari lalu Rodong Sinmun melalui surat kabar resmi partai yang berkuasa di Korea Utara, mengutip perkataan seorang pejabat kesehatan masyarakat yang menegaskan.

"Tidak ada kasus yang dikonfirmasi tentang virus corona baru sejauh ini," sebut pernyataan itu.

Baca Juga: Final Liga Champions 2019-2020 akan Gunakan Model Bola yang Jembatani Eropa dan Asia

Tetapi, mantan diplomat Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan pada tahun 2016, mengatakan kemampuan WHO untuk mengevaluasi situasi di Korea Utara kemungkinan dibatasi oleh pembatasan yang dilakukan Korea Utara.

"Langkah-langkah terbaru yang diambil oleh rezim Korea Utara tidak normal," kata Thae Yong-ho sebagai mantan diplomat Korea Utara kepada wartawan Seoul.

Pengamat asing seperti yang ada di kantor WHO, sebagian besar terbatas pada beberapa lokasi di Pyongyang.

Baca Juga: Mainkan Film Akad, Debo Andryos Gugup Adu Akting dengan Mathias Mutchus

Wabah yang telah menewaskan lebih dari 2000 orang di negara tetangga Tiongkok. Epidemi ini juga menyerang sistem kesehatan di beberapa wilayah di Korea Utara, kata para ahli.

Pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan sangat prihatin mengenai dampak yang bisa saja terjadi di Korea Utara dan siap memfasilitasi organisasi internasonal untuk membantu pencegahan penularan virus di sana.

Organisasi bantuan telah menyerukan pembebasan sanksi yang membatasi sebagai besar perdagangan dan bisnis dengan Korea Utara.

Baca Juga: Sejumlah Anak Yatim Piatu Menangis, Pengurus Yayasan Ceritakan Sosok Ashraf Sinclair di Matanya

Korea Utara dikenal sebagai negara paling tertutup di dunia. Negara ini telah menghentikan penerbangan dan menjalin diplomasi dengan tetangganya, menetapkan karantina wajib selama sebulan, dan menangguhkan pariwisata internasional.

"WHO telah memprioritaskan bantuan untuk Korea Utara, serta pengiriman persediaan termasuk peralatan pelindung akan dikirim minggu ini," kata Ryan.

Para pejabat WHO dijadwalkan untuk bertemu dengan delegasi Korea Utara di Jenewa untuk membahas pencegahan. ***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler