PR DEPOK - Presiden Kazakhstan mengizinkan personel keamanan untuk melepaskan tembakan tanpa perlu mengeluarkan peringatan di tengah kerusuhan yang semakin menjadi di negaranya.
Dalam pidatonya, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengancam untuk mengambil tindakan fisik bagi para pengunjuk rasa yang terus berbuat onar.
Tindakan yang dinilai kejam itu terpaksa diambil Tokayev agar pengunjuk rasa bisa kembali tertib.
Baca Juga: Stres dan Terpuruk Dihujat Netizen Gegara Positif Covid-19, Ashanty: Doain Aja Semoga Aku Selamat
Selama aksi unjuk rasa yang berlangsung satu minggu terakhir, puluhan orang dilaporkan tewas, termasuk di antaranya warga sipil dan petugas kepolisian.
Krisis kali ini menjadi sejarah terburuk yang mencatat aksi kekerasan terparah di Kazakhstan sejak negara itu merdeka pada tahun 1991.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, 26 pengunjuk rasa bersenjata diamankan dan lebih dari 3.000 orang lainnya ditahan pekan lalu.
Baca Juga: Ashanty Dua Kali Terpapar Covid-19, Istri Anang Hermansyah Disebut Bebal
Selain itu, 18 petugas kepolisian dilaporkan meninggal dunia.
Bahkan tadi pagi, tembakan baru terjadi di alun-alun Almalty, kota terbesar di Kazakhstan sekaligus lokasi utama kerusuhan terjadi.
Sebenarnya, unjuk rasa besar-besaran kali ini bukan yang pertama kali terjadi di Kazakhstan.
Namun aksi tersebut berubah menjadi sangat anarkis dan mencekam saat pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar.
Sejak saat itulah kerusuhan pecah di dua kota yakni Almalty dan Mangistau sebagai kota penghasil minyak terbesar di Kazakhstan.
Atas permintaan Presiden Tokayev, Rusia mengirim pasukan penjaga perdamaian yang tiba pada Kamis lalu untuk membantu menjaga stabilitas Kazakhstan yang mulai memengaruhi kondisi dunia.***