Sudah Berusia 2.000 Tahun, Peneliti Nepal Sebut Gletser Tertinggi di Gunung Everest akan Menghilang

9 Februari 2022, 14:45 WIB
Gletser tertinggi yang berada di Gunung Everest diprediksi akan menghilang pada pertengahan abad ini. /Reuters/Monika Deupala/REUTERS

PR DEPOK - Para peneliti di Nepal pada Selasa, 8 Februari 2022 memperingatkan bahwa gletser tertinggi di puncak Gunung Everest dapat menghilang pada pertengahan abad ini.

Bukan tanpa alasa, gletser yang merupakan lapisan es berusia 2.000 tahun di Gunung Everest tersebut telah menipis pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Pusat Internasional untuk Pengembangan Gunung Terpadu (ICIMOD) mengatakan bahwa Gunung Everest telah kehilangan es secara signifikan sejak akhir 1990-an, mengutip laporan penelitian terbaru yang dikeluarkan.

Baca Juga: Komnas HAM Sesalkan Kericuhan hingga Penangkapan Warga di Wadas, Serukan 4 Poin Penting

Ekspedisi Everest, Ekspedisi Ilmiah tunggal paling komprehensif ke Everest, melakukan penelitian awal tentang gletser dan lingkungan pegunungan, kata ICIMOD.

Sebuah artikel baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature Portfolio melaporkan bahwa es di Gunung Everest telah menipis pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Tim multidisiplin terdiri dari ilmuwan dari delapan negara, termasuk 17 dari Nepal, serta tiga dari rekan penulis penelitian ini berafiliasi dengan ICIMOD.

Baca Juga: Soal Pemindahan Makam Vanessa Angel, Denny Darko Ramal Doddy Sudrajat Bisa Dapat Simpati Netizen

Diperkirakan bahwa es di gletser South Cole yang terletak di ketinggian 8.020 meter menipis dengan kecepatan hampir dua mit per tahun, kata laporan itu.

Temuan ini didasarkan pada data dari inti es sepanjang 10 meter yang diperoleh dari South Col Glacier (di sisi Nepal Everest) pada ketinggian 8.020 meter dan pengamatan meteorologi dari dua stasiun cuaca otomatis tertinggi di dunia yang terletak di lereng selatan Everest di 7.945 dan 8.430 meter.

Para peneliti, berdasarkan penanggalan radiokarbon, memperkirakan usia es di gletser berusia 2.000 tahun.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Sampaikan Permintaan Maaf atas Insiden di Desa Wadas: Saya yang Bertanggung Jawab

Mereka memperingatkan bahwa gletser tertinggi bisa hilang pada pertengahan abad ini.

Tingkat kehilangan es yang diukur lebih dari 80 kali lebih cepat daripada 2.000 tahun yang dibutuhkan untuk membentuk ketebalan es ini.

"Efek jangka panjang pada ketersediaan dan stabilitas menara air ini yang akan berdampak pada masyarakat hilir menjadi perhatian utama," kata ICIMOD dalam pernyataannya.

Gletser di Himalaya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sumber daya air bagi jutaan orang.

Baca Juga: Cek Ramalan Shio Kuda, Shio Kambing dan Shio Monyet 10 Februari 2022: Sikap Santai Malah Bawa Malapetaka

Temuan penelitian menyebutkan bahwa perubahan lapisan es di Everest bisa saja dipicu oleh perubahan iklim.

Pada bulan Desember 2002, China dan Nepal mengumumkan bahwa puncak tertinggi di dunia sekarang lebih tinggi 86 sentimeter setelah mereka mengukur kembali Gunung Everest pada 8.848,86 meter, lebih dari enam dekade setelah India melakukan pengukuran sebelumnya pada tahun 1954.

Ketinggian Gunung Everest yang direvisi mengakhiri perselisihan selama puluhan tahun antara kedua tetangga tentang ketinggian gunung tertinggi di dunia yang melintasi perbatasan bersama mereka.

Baca Juga: Duka Zaskia Sungkar Bertambah, Setelah Irwansyah Kini Ukkasya Menyusul Positif Covid-19

Ketinggian yang tepat dari Gunung Everest telah diperebutkan sejak sekelompok surveyor Inggris di India menyatakan ketinggian Puncak XV, seperti yang awalnya disebut, menjadi 8.778 meter pada tahun 1847.

Gunung Everest berdiri di perbatasan antara China dan Nepal dan para pendaki gunung mendakinya dari kedua sisi.

Gunung Everest dikenal sebagai Sagarmatha di Nepal sementara di China disebut Gunung Qomolangma, nama Tibet untuk puncak tertinggi di dunia.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Press Trust India

Tags

Terkini

Terpopuler