Digaji hanya Rp 100.000 per Bulan, ABK RI Dipekerjakan Tak Manusiawi di Kapal Tiongkok

7 Mei 2020, 12:00 WIB
Jenazah ABK Indonesia di Kapal Tiongkok Dibuang Ke Laut /Twitter

PIKIRAN RAKYAT - Viral sebuah video yang ditayangkan oleh stasiun televisi asal Korea, MBC yang menayangkan jenazah Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia dibuang ke laut oleh kapal Tiongkok.

Video tersebut kemudian diterjemahkan oleh Youtuber asal Korea, Jang Hansol melalui kanal YouTubenya, Korea Roemit pada Rabu, 6 Mei 2020 kemarin.

Video yang ditayangkan oleh MBC tersebut berjudul ‘Eksklusif, Kerja Sehari 18 Jam, dan Jika Meninggal Akibat Penyakit Langsung Dibuang ke Laut’.

Baca Juga: Menhub Izinkan Transportasi Kembali Beroperasi, Pemkot Depok Nilai Multitafsir

Waktu Istirahat hanya 6 Jam

Dalam tayangan itu disebutkan bahwa mereka bekerja sehari selama 18 jam, nelayan itu juga menuturkan dia harus berdiri selama 30 jam saat bekerja.

“Istirahat 6 jam untuk makan, nah waktu 6 jam inilah yang dimanfaatkan kami untuk duduk,” kata nelayan tersebut.

Baca Juga: Pemkot Depok Usul PSBB Jabodetabek, Diawasi Satu Gubernur atau Pemerintah Pusat

Penyiar juga mengatakan bahwa lingkungan kerja di kapal tersebut tidak berbeda dengan lingkungan kerja perbudakan.

Selain itu disebutkan juga bahwa cara kerja di kapal tersebut merupakan cara kerja eksploitasi dengan cara diikat di atas laut.

Tak hanya itu, paspor para ABK tersebut juga dirampas dan terdapat uang deposit dengan minimal yang sangat besar dan memungkin mereka tidak bisa kabur.

Baca Juga: Konspirasi Virus Corona, Jerinx Sebut Negara yang Paling Terdampak Ulah Pemerintahnya

Gaji per Bulan Rp 100.000

Kemudian penyiar tersebut mengatakan bahwa selama bekerja di kapal tersebut, lima diantaranya setelah bekerja selama 13 bulan, hanya dibayar sekitar 140.000 won, atau sekitar Rp 1,7 juta.

Jika dibagi per bulan, maka para ABK tersebut hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 100.000.

Baca Juga: Berkecukupan, Pasangan Lansia Gugat Anaknya ke Pengadilan karena Enggan Memberi Tunjangan

Disebutkan bahwa sebenarnya kapal tersebut sebenarnya digunakan untuk menangkap tuna, namun sering juga menangkap hiu.

Karena di kapal tersebut terdapat banyak potongan sirip hiu, maka kapal tersebut tidak bisa berhenti ke daratan dengan waktu yang lama, karena akan mendapatkan masalah.

Pada pekerja yang merasa tidak puas dilaporkan pindah ke kapal lain dan tiba di Pelabuhan Busan pada 14 April, namun harus menunggu selama 10 hari.

Baca Juga: Meski Dihantam Virus Corona, Produk Indonesia Tetap Berjaya di Hong Kong

Saat menunggu itulah, seorang nelayan dikabarkan mengeluh sakit di dada, dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, di mana dia meninggal pada 27 April.

Kemudian penyiar tersebut menjelaskan bahwa terdapat salah satu badan yang mengetahui kematian empat ABK tersebut, setelah itu melaporkan ke polisi laut dan dilakukan investigasi secepat mungkin.

Diberitakan sebelumnya oleh Pikiranrakyat-depok.com, berdasarkan terjemahan dari Hansol, salah satu narasumber menyebutkan bahwa salah satu ABK Indonesia yang meninggal adalah Ari, pria berusia 24 tahun.

Baca Juga: Cek Fakta: Pemerintah Tolak TKA Tiongkok, Internet RI Akan Dimatikan Semua, Simak Faktanya

Nelayan itu megatakan bahwa Ari sudah bekerja selama satu tahun dan akhirnya meninggal di kapal tersebut.

Dalam video itu, setelah melakukan upacara pemakaman, Hansol menjelaskan jenazah tersebut kemudian langsung dibuang ke pantai.

“Dan mas Ari menghilang di tempat yang kita tidak tahu kedalamanna,” kata Hansol menerjemahkan naarasumber dari MBC.

Baca Juga: Maroko Gunakan Drone untuk Deteksi Orang dengan Suhu Tinggi dan Terindikasi Virus Corona

Sebelum mas Ari meninggal, lanjut Hansol, ada Al Fatah yang disebut berusia 19 tahun dan Sepri berusia 24 tahun. Di mana, mereka juga langsung dibuang ke laut saat meninggal.

Investigasi oleh Pemerintah Korea

Disebutkan bahwa Soul bisa melakukan investigasi terkait hal itu, karena pada 2015 lalu pihaknya meratifikasi perjanjian internasional untuk mencegah perdagangan manusia, maka pihak Soul bisa langsung melakukan investigasi.

Baca Juga: Angkatan Laut Fiji Selamatkan Pria yang Terdampar di Laut Akibat Virus Corona

Namun dua hari setelah itu, kapal Tiongkok tersebut langsung meninggalkan pelabuhan, sehingga pemeriksaan tidak bisa dilanjutkan.

Diterjemahkan oleh Hansol, untungnya para nelayan di kapal tersebut ada yang masih berada di Busan, Korea. Dimana mereka ingin memberitahukan lebih luas tentang pelanggaran HAM yang terjadi para mereka.

Para nelayan tersebut meminta pemerintah Korea Selatan untuk melakukan pemeriksaan yang lebih ketat.***

Editor: Billy Mulya Putra

Tags

Terkini

Terpopuler