Diyakini Obati Depresi, Obat Ketamine Jadi Buruan hingga AS Longgarkan Resep selama Pandemi

20 Februari 2022, 14:15 WIB
Ilustrasi Obat ketamine yang diburu selama pandemi di AS. /Pixabay/stevepb./

PR DEPOK - Obat jenis ketamine kini tengah menjadi buruan di Amerika Serikat (AS).

Obat ketamine merupakan salah satu jenis narkotika ini diyakini bisa digunakan untuk mengurangi seseorang yang tengah depresi.

Di AS, ketamine sudah tersedia sejak tahun 1970-an sebagi obat bius ‘disosiatif’. Obat jenis ini memiliki efek halusinogen dan telah menjadi obat kultur rave.

Baca Juga: Jokowi Segera Tunjuk Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Nusantara, Paling Lambat April 2022

Tidak sedikit orang Amerika Serikat menggunakan ketamine untuk perawatan kesehatan mental secara mandiri yang dilakukan di rumah.

Dokter di Amerika Serikat bahkan memiliki legalitas untuk meresepkannya.

Sementara, beberapa psikedelik lain yang mendapatkan perhatian baru untuk penggunaan kesehatan mental seperti LSD atau MDMA (juga disebut ekstasi) diklasifikasikan sebagai tidak memiliki utilitas medis dan berisiko tinggi untuk disalahgunakan.

Baca Juga: Syarat dan Cara Daftar DTKS DKI secara Online, Akses Laman dtks.jakarta.go.id

Bahkan, selama pandemi, otoritas kesehatan di negara tersebut telah melonggarkan aturan resep untuk mendapatkan ketamine.

Selama pandemi, otoritas AS mengizinkan dokter meresepkan obat-obatan seperti ketamin secara online.

Padahal, sebelumnya resep ketamine hanya bisa diberikan kepada pasien dengan kunjungan langsung.

Baca Juga: Syarat dan Cara Daftar DTKS DKI secara Online, Akses Laman dtks.jakarta.go.id

Di sisi lain, para ahli khawatir kebebasan mendapatkan ketamine dapat mengakibatkan kecelakaan dan tindakan keras dari aturan tersebut.

Hal ini karena studi tentang dampak medis dari ketamine masih sangat terbatas.

Asisten profesor anestesiolog Universitas Stanford Boris Heifets, mengatakan, risiko penggunaan ketamine adalah meningkatkan perbaikan.

"Risikonya adalah bahwa kita sedang meningkatkan perbaikan tetapi bukan solusinya, yang merupakan pendekatan yang jauh lebih terintegrasi untuk kesehatan mental," kata Heifest sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari NDTV, Minggu 20 Februari 2022.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler