Bank Dunia Siapkan Dana Sebesar Rp5,02 Triliun untuk Ukraina, Janjikan Lebih Banyak Dukungan

20 Februari 2022, 16:27 WIB
Presiden Bank Dunia David Malpass siap mendukung ukraina. /Florence Lo/Reuters

PR DEPOK - Grup Bank Dunia pada hari Sabtu mengatakan sedang menyiapkan pencairan sebesar 350 juta dolar AS (Rp5,02 triliun) ke Ukraina.

Pencairan itu akan dipertimbangkan oleh dewan grup Bank Dunia pada akhir Maret sebagai bagian dari rencana pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang untuk negara Ukraina.

Dalam pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan kelompok itu akan terus mendukung rakyat dan ekonomi Ukraina.

Baca Juga: Separatis Pro Rusia Sebut Miliki Mata-Mata dari Ukraina hingga Ingin Merebut Wilayah di Kyiv

Hal itu untuk kebutuhan pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Para pemimpin bertemu di Munich ketika pasukan nuklir strategis Rusia mengadakan latihan yang diawasi oleh Presiden Vladimir Putin.

Kemudian Washington menuduh pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina telah siap untuk menyerang.

Baca Juga: Ada Kekeliruan, Luqman Hakim Minta BPJS Kesehatan Jadi Syarat Jual Beli Tanah Dibatalkan

Dana awal dari Bank Dunia itu akan diikuti oleh dukungan anggaran lebih lanjut dan lebih banyak reformasi, termasuk di bidang energi dan iklim.

Malpass dan Zelenskiy juga membahas proyek-proyek untuk Ukraina, termasuk efisiensi energi, infrastruktur, kereta api, dan penguatan ekonomi serta peluang kerja di Ukraina timur.

Sebelumnya, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional mengatakan mereka telah memindahkan sementara beberapa staf dari Ukraina.

Baca Juga: 4 Zodiak yang Identik dengan Perselingkuhan, Salah Satunya Aries

Pemindahan tersebut terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang potensi invasi Rusia.

Bahkan ketika pinjaman dan dukungan mereka untuk negara terus berlanjut.

Selama setahun terakhir, Bank Dunia telah menangguhkan operasi dengan beberapa negara di mana kudeta dilakukan, termasuk Myanmar dan Sudan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler