Dengan Atau Tanpa Vaksin Virus Corona, Donald Trump Nekat Akan Buka Kembali Perekonomian AS

17 Mei 2020, 19:00 WIB
Donald Trump mengumumkan rencana percepatan penemuan vaksin covid-19. //YouTube/ABC News

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan membuka kembali perekonomian AS dengan atau tanpa vaksin Virus Corona. 

Hal itu dia sampaikan saat mengumumkan target untuk menyediakan vaksin Virus Corona pada akhir tahun.

Ia menyamakan proyek vaksin, yang diberi nama 'Operation Warp Speed', dengan upaya Perang Dunia II untuk menghasilkan senjata nuklir pertama di dunia.

Baca Juga: Donald Trump Ancam Putus Hubungan dengan Tiongkok karena Virus Corona, Kritikus: Itu Hanya Alibi

Namun Trump menjelaskan bahwa tanpa vaksin pun, warga AS harus mulai kembali ke kehidupan seperti biasa.

Di sisi lain, banyak ahli yang meragukan vaksin virus corona bisa dikembangkan dalam waktu satu tahun.

Dalam jumpa pers di Gedung Putih pada Jumat, 15 Mei 2020, Trump mengatakan proyek ini akan dimulai dengan studi pada 14 kandidat vaksin yang menjanjikan untuk mempercepat penelitian dan persetujuan.

Baca Juga: Pasien Tertua Berusia 108 Tahun di AS Berhasil Sembuh dari Virus Corona

Selain itu, Trump juga sudah yakin bahwa beberapa ratus juta dosis vaksin akan bisa dibagikan pada masyarakat umum pada akhir tahun 2020.

Banyak pakar mengatakan vaksin adalah satu-satunya hal yang akan memberi warga AS kepercayaan diri untuk sepenuhnya membuka kembali perekonomian tanpa adanya pengujian secara luas.

Dia melakukan itu karena tidak ingin ada warga yang menggantungkan hidupnya terhadap vaksin virus corona.

Baca Juga: PSBB Jawa Barat: Polemik Perpanjangan, Konfirmasi Penambahan Kasus hingga Peringatan dari WHO

“Ada atau tanpa vaksin, kita kembali seperti biasa, dan mari kita mulai prosesnya,” kata Trump seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari BBC News.

Awal pekan ini, Dr Anthony Fauci, yang bertugas di gugus tugas virus corona, bersaksi di hadapan Senat bahwa ‘terlalu jauh dari harapan’ untuk membuka kembali sekolah pada musim gugur.

Sementara, Dr Fauci dan para pakar lainnya sangat yakin bahwa pengembangan vaksin akan membutuhkan waktu sedikitnya satu tahun.

Baca Juga: Cek Fakta: Bajaj Bajuri Dikabarkan Sudah Prediksi Soal Corona Sejak 17 Tahun Lalu, Simak Faktanya

Namun, beberapa pakar kesehatan tetap skeptis tentang target pengembangan dan distribusi yang disampaikan Gedung Putih.

Dr Rick Bright, seorang direktur vaksin AS yang dicopot dari jabatannya setelah menuding Gedung Putih memberikan tekanan politik seputar perawatan virus corona, bersaksi di hadapan Kongres pada hari Kamis bahwa pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu satu dekade.

Selain itu, ada upaya lain yang dilakukan AS dalam menghadapi pandemi COVID-19, salah satunya seperti yang mereka lakukan pada Bulan Maret, Gedung Putih meluncurkan prakarsa tes, meminta pengecer farmasi besar seperti CVS, Walgreens, dan Rite Aid untuk mendirikan tempat tes tanpa-turun (drive-through) di seluruh negeri.

Baca Juga: Usai Viral Ucapan Remehkan Covid-19, Indira Kalistha: Gue Minta Maaf karena Ngomongnya Ngawur

Namun, kemitraan itu mandek, dan AS terus dikritik karena lambat dalam melakukan tes.

Dalam beberapa pekan terakhir, Gedung Putih mengumumkan upaya lebih lanjut dan telah membantu meningkatkan jumlah tes hingga hampir 10 juta pada 15 Mei, menurut basis data Our World in Data.

Selain prakarsa vaksin terbaru dari Gedung Putih, Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan juga mengevaluasi kandidat vaksin untuk uji coba pada manusia.

Baca Juga: Cek Fakta: Anak-anak Dikabarkan Tewas Usai Diberi Vaksin Virus Corona, Simak Faktanya

Pada Jumat malam, Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dikontrol Partai Demokrat meloloskan, lewat jajak pendapat, RUU untuk mengeluarkan paket bantuan virus corona senilai lebih dari 3 triliun dollar AS, termasuk dana stimulus bagi pemerintah daerah dan bantuan langsung tunai bagi warga Amerika.

Namun paket itu, yang bahkan ditolak oleh beberapa anggota Demokrat, dinilai tidak berpeluang lolos di Senat yang dikuasai Partai Republik.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler