Iran Sorot Krisis Ukraina Disebabkan Kebijakan AS, Khamenei Sebut Rezim Mafia AS Jadi Akar Penyebab

2 Maret 2022, 11:08 WIB
Iran sorot krisis Ukraina-Rusia disebabkan kebijakan AS, bahkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei sebut rezim mafia AS jadi penyebab. /REUTERS/Khamenei.ir/Handout

PR DEPOK - Setelah invasi Rusia ke Ukraina berlangsung selama enam hari terakhir, kini Iran mulai ikut terlibat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei membuat pidato yang menyebut krisis itu berakar dari kebijakan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya.

Meski merangkai harapan agar krisis Ukraina-Rusia berakhir, Pemimpin Tertinggi Iran itu dengan lantang menyebut akar penyebab terjadinya invasi yang diidentifikasi berasal dari kebijakan kekuatan Barat, dalam hal ini AS.

"Di Ukraina, kami mendukung penghentian perang," kata Ayatollah Ali Khamenei selaku Pemimpin Tertinggi Iran dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa, seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Sebelum Dikacaukan Serangan Israel, Begini Kondisi Warga Palestina yang Sukacita Sambut Peringatan Isra Mi'raj

Khamenei lebih lanjut mengatakan AS memiliki rezim mafia yang menciptakan banyak krisis di seluruh dunia, mulai dari pembentukan ISIS hingga campur tangan dalam urusan negara lain.

Bahkan, Khamenei menilai Ukraina telah menjadi korban kebijakan AS yang serupa mafia itu hingga terseret krisis dengan Rusia.

Dilakukan selama satu jam, pidato pemimpin tertinggi Iran itu tidak menyebut Rusia sama sekali.

Namun begitu, Khameneri menguraikan dua peajaran yang harus dipetik dari krisis Ukraina, menyebut Barat tidak dapat dipercaya dan dukungan rakyat justru sebagai yang paling penting.

“Dukungan oleh pemerintah Barat untuk administrasi dan politisi yang telah dipasang oleh mereka adalah fatamorgana,” katanya.

Baca Juga: UNHCR Laporkan 680.000 Pengungsi Ukraina Tersebar di Lima Negara, Disebut Sebagai Krisis Terbesar di Eropa

Kemudian, Khamenei mengingatkan kembali peristiwan penarikan pasukan Barat pimpinan AS dari Afghanistan karena jatuh ke Taliban.

Ini artinya, Khamenei menilai Ukraina, jika memiliki rakyat yang mendukung pemerintah, seharusnya tidak berada di tempat seperti sekarang ini.

Sementara itu, Iran dan Rusia sedang mengincar perluasan hubungan bilateral hingga telah membahas pembaruan perjanjian kerja sama 20 tahun selama kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Kremlin pada Januari 2022 lalu.

Selain itu, Rusia dikabarkan merupakan pemain utama dalam negosiasi untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia, yang mana ada indikasi pembicaraan sudah mendekati tahap akhir.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler