PR DEPOK – Empat negara menentang resolusi darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam sidang Majelis Umum PBB pada Kamis, 3 Maret 2022, hanya Belarusia, Erirea, Suriah dan Korea Utara, termasuk Rusia menentang resolusi tersebut.
Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters pada Jumat, 4 Maret 2022, Presiden Vladimir Putin melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Dalam pembicaraan itu, Putin menegaskan jika Rusia akan mencapai tujuannya, termasuk demiliterisasi dan netralitas Ukraina.
Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Jumat tentang Menjaga Hati agar Tidak Mudah Berprasangka Buruk
Di sisi lain, pejabat Prancis mengatakan jika Macron menyebut Putin telah membohongi dirinya sendiri tentang pemerintah di Kyiv, Ukraina.
Macron juga mengatakan, invasi yang dilakukan Putin ke Ukraina akan merugikan Rusia.
Sementara itu, di Beijing, penyelenggara Paralimpiade Musim Dingin 2022, mengirim pulang atlet Rusia dan Belarusia.
Penyelenggaran juga mencoret kedua negara itu ikut dalam Paralimpiade Musim Dingin 2022.
Mereka menyebut, Moskow dan Minsk menjadi pihak yang bertanggung jawab dan harus disalahkan karena melanggar Gencatan Senjata Olimpiade.
Sementara, Rusia merespons pemulangan atletnya dari Paralimpiade itu sebagai sesuatu yang ‘mengerikan’.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Soal Evakuasi Warga Sipil, Ini Hasil Negosiasi Putaran Kedua Moskow-Kyiv
Di Rusia sendiri, hampir semua tokoh oposisi utama telah dipenjara atau diasingkan dalam tindakan keras selama setahun terakhir.
Pihak berwenang Rusia telah melarang pelaporan yang menggambarkan "operasi militer khusus" sebagai sebuah bentuk invasi atau perang.
Pemerintah Rusia juga menutup dan melarang Radio Ekho Moskvy, media elektronik independen paling terkenal di era pasca-Soviet dan salah satu dari sedikit suara liberal Rusia, untuk mengudara.
Baca Juga: Pasukan Rusia Dapat Perlawanan Penduduk di Borodyanka, Warga Ukraina: Berikan Saya Bom Molotov
Polisi anti huru hara juga dilaporkan menangkap para pengunjuk rasa yang menolak invasi Rusia ke Ukraina.
Aktivis membagikan rekaman seorang gadis kecil yang menangis di balik jeruji besi yang ditangkap karena memegang papan bertuliskan "Tidak ada perang".
Sementara itu, analis militer Rusia yang berkantor di Wilson Center, Washington DC, Michael Kofman mengatakan, kemajuan Rusia telah menjadi kegagalan taktis.
Baca Juga: Tanggapi Mahfud MD Soal Serangan Umum 1 Maret 1949, Fadli Zon: Keliru, Jangan Belokkan Sejarah
Menurutnya, Setiap hari pasukan penyerang utama terjebak di jalan raya utara Kyiv, dan kondisinya semakin memburuk.
“Semakin lama pasukan Rusia duduk di depan, semakin rendah kesiapan dan kinerja mereka. Semuanya mulai dari kondisi ban, ketersediaan pasokan, dan pada akhirnya moral,” kata Kofman dalam tweetnya.***