Tak Lagi Dukung Rusia, China Disebut Balik Arah Mendukung Ukraina karena Alasan Ini

4 Maret 2022, 17:25 WIB
Ilustrasi bendera China. /Pixabay/glaborde7

PR DEPOK – China menjadi sorotan banyak pihak terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

Beredar wacana yang menyebut China menjadi satu-satunya negara yang bisa mencegah penyerangan Rusia ke Ukraina karena hubungan kedua negara yang memang sangat dekat.

Meski demikian, China baru-baru ini mengambil langkah tegas terhadap Rusia akibat penyerangan ke Ukraina.

Baca Juga: Rusia Serang Kompleks Nuklir di Ukraina, Volodymyr Zelensky: Orang Eropa, Bangun! Beri Tahu Politisi Anda!

Setelah sebelumnya dikabarkan tidak memberikan sanksi tegas ke Rusia atas invasi ke Ukraina, China melalui bank pembangunan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang dipimpinnya menghentikan bisnis di Rusia dan Belarusia.

Sikap ini menjadi tanda batas dukungan China untuk Rusia karena menghadapi sanksi dan kecaman atas perangnya di Ukraina.

AIIB mengatakan pihaknya menunda semua kegiatan yang terkait dengan kedua negara sekaligus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Vladimir Putin Yakin Operasi Militer Rusia di Ukraina Telah Berjalan Sesuai Rencana

“Dalam keadaan ini dan demi kepentingan terbaik bank, manajemen telah memutuskan bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan Rusia dan Belarusia ditangguhkan dan sedang ditinjau,” kata lembaga yang berbasis di Beijing dalam sebuah pernyataan pada Kamis, 3 Maret 2022 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Bank pembangunan multilateral yang memiliki 105 anggota di seluruh dunia, tidak merinci alasan keputusannya, tetapi sempat menyinggung pemikiran dan simpatinya kepada semua orang yang terkena dampak”.

"Hati kami untuk semua yang menderita," kata bank tersebut.

Baca Juga: Eropa Diguncang Rusia Akibat Invasi, Joe Biden Temui Presiden Finlandia

Pengumuman itu muncul setelah beberapa lembaga keuangan milik negara China termasuk Bank of China menghentikan pembiayaan untuk kesepakatan yang melibatkan komoditas Rusia.

Gary Ng, seorang ekonom senior di Natixis di Hong Kong, mengatakan langkah AIIB merupakan sikap simbolis karena bank telah membiayai hanya dua proyek di Rusia dengan nilai 800 juta dolar dan tidak ada di Belarus.

“Meskipun sebagian besar pinjaman lintas batas dari China ke Rusia dapat dilakukan dengan bank kebijakan, ini masih merupakan contoh lain bahwa China mungkin tidak mendukung Rusia tanpa syarat karena akan menimbang manfaat dan biayanya sendiri dari setiap langkah geopolitik”

Baca Juga: Seluruh Eropa Terancam Akibat Perang Rusia-Ukraina, Boris Johnson Peringatkan Situasi Darurat

“Mundurnya AIIB menunjukkan tekanan sanksi keuangan global terhadap Rusia menjadi lebih jelas di organisasi supranasional,” kata Ng menambahkan.

Seperti diketahui, China dan Rusia telah menjadi semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir.

Kedua negara sering bersekutu menentang campur tangan yang dirasakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Baca Juga: Penulis Biografi Kerajaan Klaim Pangeran Harry dan Meghan Markle akan Kembali Saat Charles Menjadi Raja

Bulan lalu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa persahabatan antara negara mereka tidak memiliki batas dan tidak ada bidang kerja sama yang terlarang.

Sebelumnya, China telah menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, abstain dari resolusi PBB yang meminta Vladimir Putin untuk menarik pasukannya, dan menyatakan penentangannya terhadap semua sanksi sepihak yang dianggap ilegal.

Sebagai informasi, AIIB adalah bank yang didirikan pada tahun 2016 sebagai alternatif dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, lembaga keuangan yang dianggap didominasi oleh kepentingan Barat.

Baca Juga: Dukung Perdamaian Ukraina, 150 Radio Eropa Serentak Putar Lagu Give Peace a Chance Karya John Lennon

China adalah pemegang saham terbesar AIIB dengan 31 persen dari modal disetor bank sebesar 20 miliar dolar.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler