Belum Berakhir, Presiden Ukraina Tolak Penuhi Syarat Rusia Hentikan Perang karena Alasan Ini

8 Maret 2022, 17:10 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. /REUTERS/

PR DEPOK - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak akan menyerah tanpa syarat pada tuntutan Rusia untuk mengakhiri perang.

Ia menjelaskan bahwa mengakhiri perang di Ukraina tidak sesederhana dengan syarat yang dituntut Rusia.

Untuk diketahui, pada hari Senin, juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan kepada bahwa perang bisa berakhir jika Ukraina menyetujui empat syarat.

Baca Juga: PSI Jual Murah Minyak Goreng di Bekasi, Akmal Sjafril: Partai Kecil, Pendukungnya Banyak di Dunia Maya

Keempat syarat yang dituntut Rusia kepada Ukraina, antara lain, larangan bergabung dengan NATO mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia dan wilayah Luhansk dan Donetsk sebagai wilayah independen dan menghentikan semua aksi militer.

Menanggapi tuntutan Rusia, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa mengakui wilayah itu lebih sulit daripada yang terlihat dan bahwa kondisi Rusia merupakan ultimatum.

"Kami tidak siap untuk ultimatum tetapi kami memiliki solusi yang mungkin, resolusi untuk tiga item utama ini"

Baca Juga: Dituding Lakukan Pembodohan Publik, Shandy Purnamasari: kalau Gak Bisa Kontribusi Setidaknya Kalian Apresiasi

"Yang perlu dilakukan adalah Presiden Vladimir Putin mulai berbicara daripada hidup dalam gelembung informasi tanpa oksigen," kata Zelensky seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari News Week.

Maka dari itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak tuntutan Rusia untuk mengakhiri perang, dengan mengatakan itu tidak sesederhana kelihatannya.

Meski mengakui wilayah yang dipermasalahkan mungkin tampak seperti akhir sederhana dari perang berdarah, pidato Vladimir Putin menunjukkan bahwa menyerah pada tuntutan Rusia mungkin tidak mengakhiri upayanya untuk berkembang.

Baca Juga: Heran Kemendag Curigai Warga Timbun Minyak Goreng, Yan Harahap: Masak Nggak Bisa Bedain Nimbun Sama Nyetok?

Aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 mendapat kecaman internasional karena melanggar hukum internasional.

Namun, Sergey Aksyonov, kepala Krimea, mengatakan bahwa pengakuan internasional akan terjadi cepat atau lambat karena tidak ada jalan lain.

Menjelang invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Vladimir Putin secara tersirat tersirat dalam pidatonya menunjukkan ambisinya, termasuk mengembalikan wilayah Uni Soviet sebelumnya ke Rusia.

Baca Juga: Cara Daftar DTKS Online Pakai HP untuk Dapatkan Bansos PKH Ibu Hamil dan Balita Usia 0-6 Tahun Rp 3 Juta

Ia lantas mengkritik mantan pemimpin Rusia karena menyerahkan wilayah yang diyakini sebagai milik Rusia.

Hak ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Vladimir Putin tidak berencana untuk berhenti setelah menginvasi Ukraina.

Pada bulan Februari, Vladimir Putin membuat seruan serupa kepada dunia untuk mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.

Baca Juga: Rusia Siap Balas Sanksi Uni Eropa, Benua Eropa Terancam Krisis Energi

Vladimir Putin juga telah mendorong Ukraina untuk menghentikan pengejaran keanggotaan NATO, dengan alasan bahwa ekspansi aliansi ke barat menempatkan Rusia dalam risiko.

Rusia telah lama menuntut agar Ukraina setuju untuk mengesampingkan bergabung dengan NATO.

Pada 2019, Presiden Ukraina saat itu Petro Poroshenko menandatangani amandemen konstitusi yang mengikat negara itu untuk berusaha menjadi anggota NATO dan UE.

Baca Juga: Bandingkan Pengungsi Ukraina dengan Negara Timur Tengah, Politisi Eropa: Harus Disambut, Tidak untuk Muslim

Beberapa pihak menyalahkan NATO atas konflik saat ini di Ukraina tetapi tidak jelas kemungkinan Zelensky akan menyerahkan potensi keanggotaannya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: News Week

Tags

Terkini

Terpopuler