PR DEPOK – Rusia dan Ukraina sudah terlibat dalam perang memasuki hari ke-75.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa 60 orang yang berlindung di sebuah sekolah di Bilohorivka, dekat kota timur Luhansk, tewas ketika pasukan Rusia membom lokasi tersebut akhir pekan ini.
PBB lantas mengutuk serangan Rusia di wilayah Ukraina tersebut.
Tercatat juga lebih dari 170 warga sipil Ukraina berhasil dievakuasi dari pabrik baja Azovstal di Mariupol dan telah tiba di Zaporizhzhia.
Para pejabat mengatakan secara total lebih dari 600 orang telah dievakuasi dari pabrik dan dari Mariupol.
Semenatar itu, anggota batalion Azov Ukraina yang terperangkap di dalam pabrik baja Azovstal sementara itu mengatakan mereka khawatir mereka akan dibunuh jika ditangkap oleh pasukan Rusia.
Mereka pun memohon kepada pihak berwenang Ukraina untuk membantu mengatur ekstraksi.
Baru-baru ini Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya mengadakan panggilan video dengan Volodymyr Zelensky untuk menunjukkan persatuan menjelang perayaan Hari Kemenangan Rusia pada hari Senin.
G7 mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menghapus atau melarang minyak Rusia dan mengecam invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
"Tindakannya mempermalukan Rusia dan pengorbanan bersejarah rakyatnya," kata kelompok itu seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.
dalam sebuah pernyataan, merujuk pada peran Soviet Rusia dalam mengalahkan Nazi Jerman 77 tahun lalu.
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menjanjikan senjata baru dan peralatan lain untuk Ukraina setelah kunjungan mendadak ke negara itu.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan Berlin telah membuat kesalahan setelah melarang semua bendera, termasuk bendera Ukraina, sebagai bagian dari keputusannya untuk menekan semua tampilan dukungan publik untuk invasi Rusia pada Hari Kemenangan.
"Merebut bendera Ukraina dari pengunjuk rasa damai adalah serangan terhadap semua orang yang sekarang membela Eropa dan Jerman dari agresi Rusia dengan bendera ini di tangan," katanya.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan, Ukraina akan menang atas Rusia saat kebebasan menang atas kediktatoran Nazi pada 1945.
Adapun AS telah meluncurkan sanksi baru terhadap Rusia yang menargetkan layanan, mesin propaganda Rusia dan industri pertahanannya.
Hal ini dimaksudkan untuk menutup celah dalam sanksi yang ada dan untuk memperketat ikatan di sekitar ekonomi Rusia dengan beberapa tingkat lagi.
Pemerintah Inggris juga telah memperluas sanksinya terhadap Rusia untuk memasukkan tarif impor hukuman pada logam mulia Rusia, serta larangan ekspor produk Inggris tertentu, untuk meningkatkan tekanan ekonomi di Moskow.***