Perdana Menteri Australia Anthony Albanese Disebut Incar Asia Tenggara sebagai Sekutu dalam Perdagangan

20 Juni 2022, 18:12 WIB
Menurut para ahli, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengincar Asia Tenggara termasuk Indonesia sebagai sekutu perdagangan. /Sigid Kurniawan/Antara Foto via Reuters/

PR DEPOK - Saat ini analis mengamati petunjuk tentang bagaimana pemerintah baru Australia akan menangani hubungan dengan China.

Akan tetapi, Australia justru disebut mengarahkan perhatian terutama soal perdagangan dengan yang lebih dekat, yaitu Asia Tenggara.

Perdana Menteri Anthony Albanese, yang memimpin Partai Buruh kiri-tengah, telah berjanji untuk menjadikan penguatan hubungan ekonomi dengan Asia Tenggara sebagai prioritas utama.

Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera, tindakan tersebut merupakan bagian dari upaya terpadu diversifikasi perdagangan, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Australia pada pasar ekspor terbesarnya, China.

Baca Juga: PKH Balita 2022 Masih Cair, Cek Nama Penerima di cekbansos.kemensos.go.id untuk Dapat Dana Rp3 Juta

China menghukum eksportir Australia setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul Covid-19 pada 2020.

Indonesia akan menjadi pilar utama agenda pemerintah Australia dengan beberapa inisiatif utama.

Selain karena kedekatan geografis dengan Australia, Indonesia tinggi hal potensi pasar dan merupakan pengatur langkah strategis kawasan.

Baca Juga: Arti Status 'Dalam Proses Seleksi' pada Dashboard Kartu Prakerja

Albanese telah mengunjungi Indonesia lebih dari negara lain dan melakukannya lagi bulan ini, mengendarai sepeda bambu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dia berbicara tentang hubungan Australia dengan Indonesia, yang telah lama dia gambarkan sebagai negara adikuasa di masa depan.

Namun hubungan ekonomi Australia dengan Indonesia masih relatif kurang berkembang.

Baca Juga: Jadwal Tayang Malaysia Open 2022, Kapan dan Tanggal Berapa? Ini Daftar Wakil Indonesia yang akan Bermain

Meskipun bertetangga, Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar mitra dagang Australia. Singapura dan Malaysia, dengan ekonomi yang jauh lebih kecil, peringkatnya lebih tinggi.

Phil Turtle, mantan kepala Dewan Bisnis Australia Indonesia bahwa bisnis Australia sering cenderung melewati jalur ke China, dan pasar lain yang lebih familiar.

“Seperti halnya pasar baru, ada aturan dan regulasi (di Indonesia) banyak sektor yang perlu dinavigasi, dan itu bisa memerlukan tingkat investasi yang sabar dalam waktu dan sumber daya,” lanjut Turtle.

Baca Juga: Jaehyun NCT Resmi Ditunjuk Jadi Brand Ambassador Prada, Penampilannya Jadi Sorotan!

Turtle mengatakan produk makanan dan pertanian, khususnya, seringkali harus melewati persyaratan impor dan pendaftaran yang ketat.

“Membangun hubungan dengan importir dan distributor lokal juga bisa menjadi tantangan. Namun, organisasi seperti Australia Indonesia Business Council dan Austrade siap membantu,” katanya.

Pada 2019, Canberra dan Jakarta menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia, yang mengangkat tarif pada sebagian besar perdagangan antara kedua belah pihak.

Baca Juga: Arti Status 'Sedang Diproses' pada Dashboard Kartu Prakerja

“Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia telah melihat peningkatan tingkat minat dan aktivitas antara Australia dan Indonesia,” kata Turtle.

“Dengan peluang perjalanan bisnis yang sekarang muncul kembali, tidak diragukan lagi akan ada pertumbuhan lebih lanjut,” lanjutnya.

“FTA sendiri tidak secara fundamental menggeser sorotan, tetapi mereka mengirim sinyal yang kuat ke pasar,” kata Peter Varghese AO, rektor Universitas Queensland.

Baca Juga: 2 Cara Daftar UMKM agar Pelaku Usaha Mikro Bisa Dapatkan BPUM 2022 yang Cair Rp600 Ribu

Varghese menjelaskan bahwa Indonesia telah lama dipandang sebagai 'pasar keras' di Australia.

“Agenda diversifikasi ini akan sangat membantu untuk berputar ke Indonesia,” tambahnya.

Ia juga mencatat bahwa prospek bisnis pemerintahan Jokowi juga telah meningkatkan lingkungan bagi perusahaan Australia.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler