Tuduh Barat Sebarkan Kebohongan Soal Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia: Tidak Logis

23 Juni 2022, 19:00 WIB
ILUSTRASI - Rusia menuduh Barat telah menyebarkan kebohongan terkait penyebab krisis pangan global usai sanksi akibat invasi Ukraina. /Pixabay/

PR DEPOK – Rusia menuduh bahwa Barat menyebarkan kebohongan tentang penyebab krisis pangan global.

Menurut Rusia, krisis pangan global itu disebabkan oleh sanksi yang dijatuhkan pada Moskow oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa karena invasi ke Ukraina.

Selain kematian dan kehancuran, perang dan upaya Barat untuk melumpuhkan ekonomi Rusia sebagai hukuman telah membuat harga gandum, minyak goreng, pupuk dan energi melonjak, melukai pertumbuhan global.

Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan kepada wartawan bahwa dia kecewa dengan pernyataan Barat yang berulang-ulang bahwa Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global.

Baca Juga: Bukan Zinedine Zidane, Ternyata Presiden PSG Ungkapkan Hal Seperti Ini

"Itu bohong, tuduhan seperti itu benar-benar bohong," kata Zakharova, dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters.

"Jadi Barat dapat memasok semua senjata ini ke Ukraina tetapi untuk beberapa alasan tidak ada yang bisa diambil dari Ukraina?" tambahnya.

Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, yang memasok senjata ke Ukraina, menuduh Rusia memicu krisis pangan dengan mencegah ekspor biji-bijian dari Ukraina yang menyumbang sekitar sepersepuluh dari ekspor gandum global.

Baca Juga: Jadwal Konser Jakarta Fair 2022 Besok Ada Endank Soekamti dan Rachun, Lengkap dengan Harga Tiket dan Pemesanan

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pada 9 Juni bahwa jutaan orang bisa kelaparan karena blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam Ukraina.

Rusia dan Ukraina adalah dua produsen komoditas pertanian terpenting di dunia. Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia setelah Uni Eropa sementara Ukraina adalah pengekspor biji bunga matahari terbesar di dunia.

Keduanya memainkan peran besar di pasar jelai, jagung, dan lobak, sementara Rusia adalah salah satu pengekspor pupuk utama dunia.

Baca Juga: Cetak Sertifikat UTBK dan Lakukan Tahapan Berikut untuk Daftar Ulang SBMPTN 2022

Sanksi Barat, menurut Zakharova, telah mendorong pasar pertanian ke tepi jurang dengan mengganggu sistem pembayaran, pengiriman, asuransi yang telah mencegah banyak ekspor makanan dan pupuk Rusia.

"Ini tidak logis di satu sisi Uni Eropa mengatakan ancaman terhadap keamanan pangan global sedang dibuat tetapi pada saat yang sama mereka memblokir rute pengiriman barang ke diri mereka sendiri di benua mereka sendiri," tutur Zakharova.

Presiden Vladimir Putin dan pejabat Rusia tidak menggunakan kata "perang" atau "invasi". Mereka menyebut aksi tersebut sebagai "operasi militer khusus" yang bertujuan untuk mencegah penganiayaan terhadap penutur bahasa Rusia di Ukraina timur.

Baca Juga: Apa yang Harus Dilakukan Setelah Lolos SBMPTN 2022? Simak Penjelasannya

Putin juga menyebut perang itu sebagai pemberontakan melawan Amerika Serikat, yang menurutnya telah mempermalukan Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991 dengan mendorong perluasan aliansi militer NATO ke arah barat.

Ukraina mengatakan sedang berjuang untuk bertahan hidup melawan perampasan tanah oleh Rusia dan akan berjuang sampai akhir untuk membebaskan wilayahnya dari kendali Rusia. Kyiv menolak klaim bahwa penutur bahasa Rusia telah dianiaya.

Eritrea, Armenia, Mongolia, Azerbaijan, Georgia, Somalia, Belarus, Turki, Madagaskar, Lebanon, Mesir, dan Pakistan bergantung pada Rusia atau Ukraina untuk lebih dari 70 persen impor gandum mereka pada tahun 2021, menurut data PBB.

Mongolia, Kazakhstan, Moldova, Serbia, Honduras, dan Ghana bergantung pada Rusia untuk 50 persen atau lebih impor pupuk mereka pada tahun 2021.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler