Kecaman NASA ke Rusia: Jangan Gunakan Stasiun Luar Angkasa untuk Tujuan Politik

10 Juli 2022, 14:00 WIB
Logo NASA. /Pixabay

PR DEPOK - NASA memberi kecaman keras terhadap badan antariksa Rusia setelah tiga kosmonot menampilkan propaganda anti-Ukraina di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Ketiganya terlihat memegang bendera Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk yang merupakan dua wilayah separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur yang hanya diakui sebagai negara merdeka oleh Moskow dan Suriah.

Mereka juga mengatakan perebutan wilayah itu adalah hari pembebasan untuk dirayakan baik di Bumi maupun di luar angkasa.

Baca Juga: Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Mengundurkan Diri, Demonstran Seruduk Dapur hingga Kolam Renang

Menanggapi gambar yang diunggah oleh perusahaan luar angkasa negara Rusia Roscosmos, NASA menegur Rusia menggunakan Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk tujuan politik untuk mendukung perangnya melawan Ukraina.

Sekretaris pers Jackie McGuinness menambahkan bahwa itu pada dasarnya hal itu tidak konsisten dengan fungsi utama stasiun di antara 15 negara peserta internasional untuk memajukan ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi untuk tujuan damai.

Kecaman adalah teguran yang jarang terjadi karena Rusia adalah mitra utama badan antariksa AS di stasiun luar angkasa seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Baca Juga: Tambah 4 Calon Pengganti Boris Johnson, Berikut Janji Para Kandidat

Ketegangan meningkat antara AS dan Rusia sejak Vladimir Putin menginvasi Ukraina pada Februari lalu.

Perang dengan kata-kata bahkan telah meluas ke sektor luar angkasa dengan Roscosmos mengisyaratkan niatnya untuk menarik diri dari proyek Stasiun Luar Angkasa Internasional sebagai tanggapan atas sanksi Barat yang dikenakan pada Kremlin.

Pada April, kepala Roscosmos Dmitry Rogozin mengatakan kepada TV Pemerintah Rusia bahwa Moskow tidak akan lagi bekerja sama dengan mitra internasionalnya di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Rusia juga bercanda tentang kemungkinan terdamparnya seorang astronot Amerika di luar angkasa.

Baca Juga: Senjata Rakitan yang Dipakai Pelaku untuk Tembak Shinzo Abe Bisa Dibuat Hanya 1-2 Hari

Namun, ini adalah pertama kalinya NASA secara terbuka mengecam tindakan Moskow dan Roscosmos di tengah invasi Ukraina.

Gambar yang dibagikan oleh Roscosmos pada 4 Juli menunjukkan Oleg Artemyev, Denis Matveev dan Sergey Korsakov memegang dua bendera Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.

Mereka berseru “kami merayakannya di Bumi dan di luar angkasa.”

Aksi ini turut mengikuti ambil alih wilayah Lysychansk, kota besar terakhir yang dipegang oleh Ukraina di Luhansk pada 3 Juli 2022.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Sri Lanka Semakin Parah, Presiden Gotabaya Rajapaksa Siap Mengundurkan Diri

Ketiga kosmonot pertama kali tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional pada Maret, diperkirakan mereka menunjukkan dukungan untuk Ukraina karena mereka mengenakan jumpsuits kuning cerah dan warna biru.

Banyak orang menafsirkan ini sebagai pernyataan politik yang mendukung Ukraina, yang benderanya berisi kuning cerah dan biru, tetapi Roscosmos mengklaim jumpsuits itu mewakili warna universitas yang dihadiri ketiga kosmonot itu.

Awal tahun ini, Kathy Lueders yang merupakan seorang administrator asosiasi NASA untuk operasi luar angkasa mengatakan bahwa meskipun perang dan ketegangan yang meningkat antara Moskow dan Barat, NASA dan rekan-rekan Rusianya masih jalin komunikasi bersama.

“Kami masih melakukan latihan bersama. Kami masih bekerja sama, jelas kami paham situasi global, tapi sebagai tim gabungan, tim-tim ini beroperasi bersama. Kita masih perlui terus memantau situasi”

Baca Juga: Apa Kabar Indonesia, Afghanistan, hingga Mesir Saat Rayakan Hari Raya Idul Adha 2022?

“Kami telah beroperasi dalam situasi seperti ini sebelumnya dan kedua belah pihak selalu beroperasi dengan profesional dan memahami pentingnya misi fantastis ini dan melanjutkan hubungan damai antara kedua negara di luar angkasa,” katanya.

Pekan lalu, pensiunan astronot NASA Scott Kelly mengatakan kepada MailOnline bahwa badan antariksa AS tidak akan pernah bekerja dengan Moskow dalam proyek luar angkasa baru saat Putin berkuasa.

Pria 58 tahun itu mengatakan AS dan Eropa tidak membutuhkan Rusia karena kita dapat melakukan apa pun yang mereka bisa.

Beberapa bulan setelah Roscosmos mengancam akan menarik diri dari usaha stasiun luar angkasa.

Baca Juga: Rusia Ancam Serangan ke Ukraina Semakin Luas, karena Tekanan AS ke China di G20?

Kelly, yang telah bekerja sangat erat dengan kosmonot selama bertahun-tahun, menambahkan bahwa ancamannya adalah kerugian Rusia, bukan milik AS.

Mantan Angkatan laut AS ini yang menghabiskan satu tahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional antara 2015 dan 2016 telah menjadi kritikus vokal invasi Putin ke Ukraina, sementara juga membidik badan antariksa Rusia Roscosmos dan kepalanya Rogozin.

Pada Maret, pasangan itu saling bertikai melalui Twitter, dengan Rogozin menyebut mantan penerbang angkatan laut AS itu bodoh dan Kelly membalas bahwa kepala Rusia itu bertindak seperti anak-anak.

Sebagai informasi, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) adalah laboratorium sains dan teknik senilai 100 miliar atau setara Rp1 triliun yang tugasnya mengorbit 250 mil (400 kilometere) di atas Bumi.

Baca Juga: PKH Tahap 3 Cair Juli 2022 Tanggal Berapa? Segera Login ke cekbansos.kemensos.go.ig untuk Cek Nama Penerima

Ini telah dikelola secara permanen oleh awak bergilir astronot dan kosmonot sejak November 2000.

Awaknya sebagian besar berasal dari AS dan Rusia, tetapi badan antariksa Jepang JAXA dan badan antariksa Eropa ESA juga telah mengirim astronot.

Penelitian yang dilakukan di ISS seringkali membutuhkan satu atau lebih kondisi tidak biasa yang ada di orbit Bumi yang rendah, seperti gravitasi rendah atau oksigen.

Baca Juga: Resep dan Cara Memasak Rendang Khas Minang

Rusia, mitra utama di stasiun berencana untuk meluncurkan platform orbitalnya sendiri sekitar saat itu, dengan Axiom Space, sebuah perusahaan swasta, berencana untuk mengirim modulnya sendiri untuk penggunaan komersial murni ke stasiun pada saat yang sama.

NASA, ESA, JAXA dan Canadian Space Agency (CSA) bekerja sama untuk membangun stasiun luar angkasa di orbit sekitar bulan, dan Rusia dan China sedang mengerjakan proyek serupa yang juga akan mencakup pangkalan di permukaan.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler