Rumah Sepertiga Hutan Hujan Dunia, KLHK Ungkap Alasan Penurunan Deforetasi di Indonesia

26 Juni 2023, 21:01 WIB
ILUSTRASI - KLHK mengungkapkan alasan penurunan deforestasi padahal Indonesia menjadi rumah bagi sepertiga dari hutan hujan dunia.* /stokpic/Pixabay

PR DEPOK - Indonesia yang merupakan rumah bagi sepertiga dari hutan hujan dunia, telah mengalami penurunan deforestasi tahunan sebesar 8,4 persen. Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada hari Senin, 26 Juni 2023.

 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menghubungkan penurunan deforestasi tersebut dengan pengendalian kebakaran yang lebih baik dan perizinan yang lebih ketat untuk penebangan pohon.

Menurut data terbaru yang tersedia, Indonesia telah mencatat 104.000 hektar (256.990 hektar) area gundul dari Juli 2021 hingga Juni 2022.

Data tersebut menunjukkan penurunan dari 113.500 hektar pada tahun sebelumnya. Angkat tersebut di dapat dari KLHK dan belum tidak termasuk angka untuk tahun ini.

Baca Juga: Jangan Clickbait! Ini 5 Jenis Judul Berita yang Baik

“Salah satu langkah paling signifikan adalah membatasi izin (pembukaan) baru di hutan primer dan lahan gambut,” ujar Belinda A. Margoni selaku perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada wartawan.

Dengan kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Kongo, Indonesia berada di bawah pengawasan ketat dari para pecinta lingkungan.

 

Apalagi pemerintah Indonesia terkenal sering tidak menepati janji global ke lebih dari 130 negara untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030 nanti. Meski begitu, pemerintah menganjurkan program penanaman kembali sebagai gantinya.

Indonesia juga merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, yang dikaitkan dengan aktivitas pembukaan lahan.

Baca Juga: Rusia Serukan Persatuan di Bawah Kepemimpinan Putin Usai Pemberontakan Wagner Group Dibatalkan

Lebih banyak lahan hutan diperkirakan akan mengalami deforestasi, karena pemerintah Indonesia berupaya memikat investasi besar ke sektor nikel dan kendaraan listrik.

Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap kebakaran hutan, menurut pemerintah sering kali terjadi karena tindakan para petani sawit yang membuka lahan secara tak terkendali, terutama selama musim kemarau.

 

Greenpeace Indonesia juga mempertanyakan data pemerintah yang dikeluarkan pada hari Senin, 26 Juni 2023. Salah satu yang dipertanyakan Greenpeace Indonesia, metodologi yang dilakukan pemerintah dinilai cacat karena tidak memasukan hutan yang dibuka untuk tujuan industri.

“Ini menjelaskan mengapa laju deforestasi terlihat rendah,” kata Arie Rompas, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, yang percaya bahwa kerugiannya jauh lebih tinggi.

Baca Juga: Ramalan Shio Ayam, Anjing, dan Babi Selasa, 27 Juni 2023: Berpikir Ulang untuk Lebih Serius dengan Pasangan

Merespom pertanyaan lahan industri yang tidak dimasukkan ke dalam data milik pemerintah, Belinda dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan hanya mengatakan, bahwa telah terjadi penanaman kembali di kawasan industri. Sehingga, menunjukkan tidak ada hutan yang hilang.

Menurut Atlas Nusantara, sebuah organisasi independen yang melacak deforestasi dan kebakaran hutan, kehilangan hutan Indonesia adalah 208.250 hektar pada tahun kalender 2022 dan 174.640 pada tahun 2021.

 

Data tersebut menunjukkan peningkatan kehilangan hutan sebesar 16%. Sedangkan data pemerintah, hanya melacak kejadian deforestasi dari Juli hingga Juni tahun berikutnya.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Tags

Terkini

Terpopuler