Usai Bertemu dengan ECOWAS, Pemimpin Kudeta Niger Usulkan Transisi ke Pemerintahan Sipil

20 Agustus 2023, 11:01 WIB
Para pimpinan Junta Niger /Reuters/

PR DEPOK - Pemimpin kudeta Niger mengusulkan transisi selama tiga tahun ke pemerintahan sipil, setelah bertemu dengan delegasi pemimpin Afrika Barat melalui ECOWAS dan memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap negara itu akan ada konsekuensi bagi mereka yang terlibat.

Jenderal Abdourahmane Tchiani yang berbicara di TV nasional Niger, tidak memberikan perincian tentang rencana peralihan kekuasaan tersebut.

Akan tetapi, pemimpin kudeta Niger itu hanya mengatakan bahwa prinsip-prinsip langkah itu akan diputuskan dalam waktu 30 hari pada dialog yang akan diselenggarakan oleh dewan militer.

“Baik Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air maupun rakyat Niger tidak menginginkan perang, dan tetap terbuka untuk dialog,” katanya setelah pertemuan pertamanya dengan delegasi dari Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) di ibu kota Niger, Niamey.

Baca Juga: Jadwal AVC Championship 2023 Ada Indonesia vs Kazakhstan, Klik Link Nonton Streaming Gratis di Sini

“Tapi mari kita perjelas: Jika serangan dilakukan terhadap kita, itu tidak akan seperti sedang jalan-jalan di taman yang tampaknya dipikirkan oleh beberapa orang,” katanya, seperti dikutip dari Al Jazeera.

ECOWAS telah memberlakukan sanksi berat terhadap Niger setelah kudeta 26 Juli dan telah memerintahkan pengerahan apa yang disebut sebagai pasukan siaga untuk memulihkan aturan konstitusional di negara tersebut.

Blok itu mengatakan pada hari Jumat bahwa "Hari-H" yang dirahasiakan telah disetujui untuk kemungkinan intervensi militer dan bahwa 11 dari 15 negara anggotanya telah setuju untuk mengerahkan pasukan dalam operasi tersebut.

Baca Juga: 7 Tempat Makan Soto Paling Enak di Kota Palu! Siap-siap Lidah Kamu Bergoyang!

Dalam pidatonya selama 12 menit, Tchiani mengklaim ECOWAS bersiap untuk menyerang Niger dengan membentuk tentara pendudukan bekerja sama dengan tentara asing, dan mengecam apa yang disebutnya sanksi “ilegal” dan “tidak manusiawi” yang diberlakukan oleh blok regional.

“Saya tegaskan kembali di sini bahwa ambisi kami bukan untuk merebut kekuasaan. Saya juga menegaskan kembali kesiapan kami untuk terlibat dalam dialog apa pun, selama itu memperhitungkan orientasi yang diinginkan oleh orang-orang Niger yang bangga dan tangguh,” tambahnya.

ECOWAS telah mengambil sikap yang lebih keras terhadap kudeta 26 Juli di Niger, yang ketujuh di kawasan itu dalam tiga tahun, daripada yang sebelumnya di Mali, Burkina Faso dan Guinea.

Baca Juga: Rekomendasi Salon Muslimah di Depok, Dilengkapi Rating hingga Ulasan Pengunjung

Blok tersebut, meskipun mengancam intervensi militer, juga mengejar cara diplomatik untuk membalikkan perebutan kekuasaan di Niger, sebuah negara yang memiliki kepentingan strategis bagi kekuatan regional dan global karena cadangan uranium dan minyaknya serta perannya sebagai pusat pasukan asing.

Meskipun para pemimpin kudeta Niger telah menolak misi sebelumnya, delegasi hari Sabtu, yang dipimpin oleh mantan kepala negara Nigeria Jenderal Abdulsalami Abubakar, bertemu dengan perdana menteri yang ditunjuk militer.

Setelah bertemu Tchiani, blok tersebut juga bertemu secara terpisah dengan Presiden terguling Mohamed Bazoum, yang telah ditahan di bawah tahanan rumah di Niamey sejak militer mengambil alih.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tengkleng Terfavorit dan Ternama di Wonogiri, Cek Alamat Kedainya

“Kami bertemu Bazoum, kami mendengar darinya apa yang telah dilakukan padanya. Dia memberi tahu kami tentang masalah yang dia hadapi. Kami akan bawa ke pemimpin yang mengirim kami ke sini,” kata Abubakar.

“Tanpa ragu, pertemuan tersebut telah membuka diskusi untuk mengarah pada cara menyelesaikan krisis ini,” tandasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler