Akibat Kudeta untuk Menggulingkan Presiden, Prancis Tarik Duta Besar dan Pasukan Militer dari Niger

25 September 2023, 14:23 WIB
Demonstran pro-junta berusaha membakar Kedutaan Besar Prancis sebelum dibubarkan oleh pasukan keamanan di Niamey, Niger, 30 Juli 2023. /REUTERS/Souleymane Ag Anara/

PR DEPOK – Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengatakan kepada negaranya akan menarik duta besar dan pasukannya setelah terjadinya kudeta di Niger pada bulan Juli lalu untuk menjatuhkan Presiden Mohamed Bazoum yang terpilih secara demokratis.

“Perancis telah memutuskan untuk menarik duta besar dan beberapa diplomat pentingnya yang berada di Niger ke Perancis dalam waktu beberapa jam berikutnya,” ucap Presiden Perancis Emmanuel Macron, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Aljazeera.

Selain itu Macron juga menambahkan bahwa kerjasama militer telah berakhir dan Prancis akan menarik seluruh pasukannya dalam beberapa bulan dan minggu ke depan pada tahun ini.

Baca Juga: 5 Seblak Termantap di Kota Tasikmalaya, Ini Alamatnya

Prancis telah menempatkan sekitar seribu pasukan lebih tentara di pangkalan militer yang ada di Niger, dan menolak permintaan penguasa militer baru agar duta besarnya pergi.

Pada beberapa minggu ini banyak warga yang melakukan aksi protes di ibu kota Niger Niamey. Salah satunya di luar pangkalan militer milik Prancis. Penguasa militer di Niger saat ini meminta duta besar Prancis dan pasukannya pergi dari negaranya, karena Macron mengakui kudeta tersebut.

Selain itu pasukan militer Prancis juga diminta untuk pergi dari daerah bekas jajahannya yaitu di Mali dan Burkina Faso. Dari hal tersebut ini merupakan kemenangan bagi pemerintah baru dan menjadi hal yang memalukan bagi Perancis.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Temukan Kasus Prostitusi Anak di Bawah Umur, Korban Diiming-imingi Uang

Niger adalah salah satu dari beberapa jajahan Prancis di Afrika Barat, yang pada saat ini diambil oleh militer setelah Burkina Faso, Guinea, Mali dan Chad. Kudeta terakhir terjadi di Gabon pada bulan Agustus.

Pihak militer memanfaatkan aksi demonstrasi dari warga dengan melakukan gerakan anti-Prancis. Gerakan tersebut meluas akibat banyak politisi local menyebut bahwa Prancis melakukan kebijakan neokolonialis.

Akibat dari kudeta di Niger barat ini banyak negara barat yang khawatir bahwa Wagner Group yang merupakan tentara bayaran dari Rusia. Telah membantu rezim militer ini dan telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Juga: Ambil HP dan KTP! PKH Tahap 4 2023 akan Cair Oktober: Cek Nama Penerimanya di Sini

Saat ini Komunitas Ekonomi Regional Negara di Afrika Barat (ECOWAS) yang didukung Prancis, telah mengancam dan akan melakukan intervensi militer di Niger untuk mengembalikan keadaan menjadi normal.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler