Disindir Erdogan, Prancis Tarik Dubes untuk Konsultasi Pemutusan Hubungan Diplomatik dengan Turki

26 Oktober 2020, 10:31 WIB
Kolase foto Emmanuel Macron dan Recep Tayyip Erdogan. /Al Araby/

PR DEPOK – Prancis mengatakan akan menarik kembali duta besarnya dari Turki untuk keperluan konsultasi menyusul pernyataan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang menyebutkan bahwa Emmanuel Macron perlu memeriksakan kesehatan mentalnya.

Pernyataan Erdogan pada Sabtu, 24 Oktober 2020 lalu terkait komentarnya atas sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terhadap umat islam, dianggap telah menyinggung negara dengan julukan kota mode itu.

“Ada masalah apa orang yang disebut Macron ini dengan muslim dan islam? Macron membutuhkan perawatan tingkat mental,” tutur Presiden Turki itu saat pidato di Kayseri dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Baca Juga: Gegara Lempar Batu ke Kendaraan Tentara, Remaja Palestina Meninggal Setelah Dipukuli Pasukan Israel

Lebih lanjut, Erdogan menyampaikan bahwa kepala negara yang tidak paham akan kebebasan beragama perlu memeriksakan kesehatan mentalnya.

“Apa lagi yang bisa dikatakan pada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan beragama dan bersikap seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang berbeda keyakinan? Pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental,” kata Erdogan.

Pernyataan kepala negara Turki menandakan reaksi terbaru yang berkembang di tengah orang-orang islam, setelah sebelumnya sempat ramai gerakan memboikot barang-barang dari Prancis.

Baca Juga: Prihatin dengan Cara Penanganan Covid-19, Fraksi PKS: Jangan Terburu-buru Seperti UU Cipta Kerja

Menanggapi pernyataan Erdogan, kantor Emmanuel Macron menilai hal tersebut sebagai penghinaan, sehingga pihaknya memutuskan untuk menarik kembali Duta Besar Prancis untuk Ankara, Herve Magro, dalam rangka konsultasi terkait pemutusan hubungan diplomatik secara permanen antara dua negara tersebut.

Perselisihan kedua negara tersebut berlanjut usai perdebatan Prancis tentang sekularisme dan islamisme dihidupkan kembali dengan adanya insiden pembunuhan seorang guru sejarah.

Guru sejarah tersebut dibunuh setelah diduga mempertontonkan kartun Nabi Muhammad dalam kelasnya.

Baca Juga: Vaksinasi Segera Dilakukan di Indonesia, Bamsoet: Jangan Terburu-buru, Pastikan Aman dan Halal Dulu

Selain itu, Emmanuel Macron juga mengatakan bahwa Islam sedang dalam masa krisis saat ini. Pernyataan ini yang kemudian memantik kembali perdebatan atas kebebasan beragama di negara tersebut.

Sementara itu, disampaikan oleh salah seorang pejabat Prancis, bahwa pihaknya tidak dapat menerima komentar yang dilontarkan oleh Erdogan.

“Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode"

Baca Juga: Kunjungi Indonesia Pekan Ini, Mike Pompeo Akan Bahas Penolakan Pendaratan Pesawat Pengintai AS

“Kami menuntut Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal,” ujar pejabat tersebut.

Tak hanya dari Turki, sejumlah komentar yang menolak sikap Emmanuel Macron ini juga datang dari Kuwait, Maroko, serta Pakistan.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler