Sebuah penelitian yang diterbitkan pada pekan lalu juga menemukan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 memiliki sel kekebalan pembunuh yang kuat dan protektif, bahkan ketika antibodi tidak dapat terdeteksi.
Baca Juga: Perlu Lengkapi Berkas Perkara, KPK Perpanjang Penahanan 3 Tersangka Kasus Korupsi PT DI hingga 2021
Ahli imunologi Universitas Yale Amerika Serikat, Akiko Iwasaki mengaku tidak terkejut bahwa tubuh memberikan respons yang tahan lama lantaran itu yang seharusnya terjadi.
Namun, penelitian saat ini menurutnya benar-benar menunjukkan hasil menggembirakan.
Sejumlah kecil orang yang terinfeksi dalam studi baru tidak memiliki kekebalan jangka panjang setelah pemulihan, mungkin karena perbedaan jumlah virus corona yang mereka alami.
Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Kemendikbud Mulai Disalurkan, Berikut Syarat dan Cara Mencairkannya
Menurut Jennifer Gommerman sebagai ahli imunologi di Universitas Toronto, vaksin dapat mengatasi variabilitas individu itu.
"Itu akan membantu dalam memfokuskan respons, jadi Anda tidak mendapatkan jenis heterogenitas yang sama seperti yang Anda lihat pada populasi yang terinfeksi," ujar Gommerman.
Kekhawatiran tentang berapa lama kekebalan terhadap virus korona bertahan dipicu terutama oleh penelitian terhadap virus yang menyebabkan flu biasa.
Baca Juga: Sindir Fadli Zon Miliki IQ Luar Biasa, Peter F Gontha: Gunakan dengan Baik, Jangan OFF SIDE Melulu!