Hindari Bencana Pemanasan Global, Sekjen PBB Menyerukan Pemimpin Dunia Deklarasikan Darurat Iklim

- 13 Desember 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi perubahan iklim.
Ilustrasi perubahan iklim. /Pixabay/Free-Photos./

PR DEPOK - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menyampaikan bahwa para pemimpin dunia harus mendeklarasikan keadaan darurat iklim (climate emergency) di negara mereka untuk menghindari bencana pemanasan global.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Guterres dalam sambutan pembukaan KTT iklim pada Sabtu, 12 Desember 2020.

Terdapat lebih dari 70 pemimpin dunia yang akan berpidato dalam pertemuan virtual pada acara ulang tahun kelima kesepakatan iklim Paris 2015.

Baca Juga: Ucapkan 'Innalillahi' Lihat Hasil Quick Count Pilkada Surabaya, Anak Didik Risma Beberkan Alasannya

Acara tersebut juga bertujuan agar membangun momentum untuk pengurangan yang lebih parah dalam emisi pemanasan planet.

"Adakah yang masih menyangkal bahwa kita sedang menghadapi kondisi darurat yang dramatis?," kata Guterres melalui video seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa keadaan tersebutlah yang membuatnya menyerukan para pemimpin dunia untuk mengumumkan darurat iklim.

"Itulah mengapa hari ini, saya menyerukan pada semua pemimpin di seluruh dunia untuk mendeklarasikan Keadaan Darurat Iklim di negara mereka sampai netralitas karbon tercapai," ucapnya menambahkan.

Baca Juga: Setuju dengan Jusuf Kalla, Musni Umar: Habib Rizieq Bukan Penentu Pilpres 2024, Tapi Partai Politik

Selain itu, Guterres juga menjelaskan bahwa paket pemulihan ekonomi yang diluncurkan usai pandemi Covid-19 mewakili peluang untuk mempercepat transisi ke masa depan rendah karbon, tetapi hal itu juga terjadi cukup lama.

"Sejauh ini, anggota G20 membelanjakan 50 persen lebih banyak untuk stimulus dan paket penyelamatan mereka di sektor-sektor yang terkait dengan produksi dan konsumsi bahan bakar fosil, daripada energi rendah karbon," ujar Guterres.

Kemudian, ia juga menyinggung bahwa uang yang digunakan untuk pemulihan Covid-19 merupakan milik generasi mendatang.

Baca Juga: Habib Rizieq Ditahan Usai Diperiksa, Kuasa Hukum: Beliau Seorang Pejuang, Siap Segala Kemungkinan

"Itu tak bisa diterima. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk pemulihan Covid-19 adalah uang yang kita pinjam dari generasi mendatang. Kita tidak bisa menggunakan sumber daya ini untuk mengunci kebijakan yang membebani generasi mendatang dengan segunung hutang di planet yang rusak," ucapnya dengan tegas.

Diketahui, pada Jumat 11 Desember 2020, tuan rumah bersama KTT Inggris mengumumkan akan berjanji mengakhiri dukungan langsung pemerintah untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri pada KTT tersebut.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk memacu langkah serupa oleh negara lain agar mempercepat pergeseran ke energi yang lebih bersih.

Baca Juga: Bongkar Cerita Pertemuan dengan Habib Rizieq, Tokoh Non Muslim Ini Beberkan Sifat Asli Pendiri FPI

Pada KTT tersebut, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa negara-negara bisa bekerja sama untuk secara radikal mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Beberapa contohnya yang disebutkan Johnson adalah mengubah praktik pertanian, dan membalikkan proses yang selama berabad-abad umat manusia yang telah menyelimuti planet ini dalam teacosy beracun dari gas rumah kaca.

"Dan pada saat yang sama, kita bisa menciptakan ratusan ribu pekerjaan, jutaan pekerjaan, di seluruh dunia seperti kita yang secara bersama-sama pulih dari virus corona," kata Johnson.

Baca Juga: Haikal Hassan Mengaku Mimpi Bertemu Rasulullah, Marzuki Mustamar: Masih Mau Dipercaya? Bahaya!

Para diplomat mengamati pidato KTT tersebut untuk mengetahui tanda-tanda dari iklim yang lebih kuat secara signifikan dari berbagai negara seperti Tiongkok, India, dan Jepang.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x