Eksperimen yang dilakukan beberapa dekade lalu menunjukkan, bahwa sauteur d-Alfort tidak mampu melompat, tetapi berkat teknologi modern, para ilmuwan tahu persis mengapa hal itu terjadi.
Eksperimen yang dilakukan sejak tahun 1943 menunjukkan bahwa ketidakmampuan untuk melompat yang ditunjukkan oleh kelinci sauteur d'Alfort bukanlah perilaku yang dipelajari, tetapi hasil dari gen resesif.
Namun, hingga saat ini, tidak ada yang tahu persis apa gen itu, atau bagaimana gen itu mencegah hewan melakukan apa yang dianggap alami oleh semua kelinci lain.
"Dengan teknologi modern, sangat mudah untuk beralih dari gangguan resesif sederhana ke menemukan gen," kata Leif Andersson, ahli genetika di Universitas Uppsala di Swedia, seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Oddity Central.
Para ahli menduga ada yang salah dengan sumsum tulang belakang sauteur d'Alfort, karena mereka tidak mengkoordinasikan kaki depan dan belakangnya.
Dugaan itu pun terbukti benar, karena sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Uppsala menunjukkan, bahwa gen bengkok yang disebut RORB (beta reseptor yatim terkait RAR) membuat mereka tidak mampu melompat.
RORB membantu menyampaikan informasi dan menghubungkan sisi kiri dan kanan tubuh.
Gen yang penting untuk mengoordinasikan gerakan anggota tubuh.