"Sepanjang sejarah, kelemahan inheren dari minoritas tak bertanah dan tak berdaya vis-a-vis yang didasarkan pada teritorial dan kekuatan menempatkan orang-orang Yahudi dalam kondisi ketergantungan, ketidakstabilan, dan diterjemahkan dalam pasang surut yang kuat," tulis laporan tersebut.
Padahal sebelumnya, antara akhir abad ke-18 dan ke-19, jumlah orang Yahudi di dunia meningkat hingga lebih dari 10 juta, dan kemudian meningkat lagi hingga 16,5 juta saat perang dunia kedua.
Sebagian besar pertumbuhan populasi Yahudi ini terjadi di Eropa Timur, lalu Amerika, dan kemudian Israel.
Salah satu penyebab utama turunnya populasi ini adalah pembunuhan 6 juta orang Yahudi dalam tragedi Holocaust, yang mengurangi populasi secara global menjadi sekitar 11 juta.
Yahudi dikenal sebagai etnis yang cenderung memiliki lebih dari lima anak, dengan proporsi tertinggi di Belgia yang mencapai 25 persen.
Perkawinan antara orang Yahudi dengan orang non-Yahudi disinyalir menjadi faktor yang signifikan dalam berkurangnya populasi Yahudi di Eropa.
Pasalnya, sebagian besar anak yang terlahir dari keluarga dengan perkawinan silang cenderung tidak dibesarkan dalam budaya Yahudi.***