Pria di China Jadi Manusia Pertama yang Terinfeksi Virus H10N3, Seberapa Besar Risiko Virus Tersebut?

- 3 Juni 2021, 19:00 WIB
Ilustrasi virus.
Ilustrasi virus. /Pixabay/qimono

PR DEPOK – Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan bahwa seorang pria warga negara tersebut diklaim menjadi manusia pertama yang terinfeksi flu burung H10N3.

Pasalnya, virus flu burung H10N3 biasanya hanya menginfeksi unggas dan belum ada catatan kasus sebelumnya bahwa virus tersebut menginfeksi manusia.

Namun, pada 23 April 2021 lalu, seorang pria berusia 48 tahun di kota Zhenjiang, China, menderita demam yang berlangsung selama beberapa hari.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021 Bakal Dibuka Dalam Waktu Dekat, Segera Persiapkan Dokumen Wajib Berikut Ini

Kemudian, pada 28 April 2021, pria tersebut pergi ke rumah sakit setempat untuk memeriksa lebih lanjut penyakitnya karena demam tidak kunjung hilang.

Pada 28 Mei 2021, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) melakukan analisis genetik pada spesimen dari pria tersebut.

Melalui laporan yang dirilis CCDC, pria tersebut dipastikan terinfeksi virus flu burung H10N3.

Akibat temuan tersebut, CCDC kemudian memantau provinsi Jiangsu dan sekitarnya dengan tujuan untuk mengetahui terkait adanya kasus infeksi lain dan sekaligus mencari warga yang melakukan kontak dekat dengan pria tersebut.

Baca Juga: Seorang Pria di Thailand Selamatkan Kecoa yang Terinjak di Jalanan dengan Membawanya ke Dokter Hewan

Berdasarkan pantauan CCDC, tidak ditemukan kasus infeksi tambahan. Selain itu, pria tersebut juga saat ini sudah stabil dan diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Lantas, apa itu sebenarnya virus flu burung H10N3?

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Vocket, H10N3 merupakan jenis virus patogen rendah, atau relatif ringan, dan berisiko terhadap unggas.

Virus ini memiliki risiko penyebaran skala besar yang sangat rendah.

Baca Juga: Habib Rizieq Dituntut 6 Tahun Penjara, Ferdinand: Keren, Tadi Prediksi Saya Bahkan Hanya 3 Tahun

Koordinator laboratorium regional untuk Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas Organisasi Pangan dan Pertanian di Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik, Filip Claes, mengatakan strain H10N3 bukanlah virus yang sangat umum.

Filip Claes menuturkan, dari akhir 1970-an hingga 2018, para ilmuwan telah melakukan penelitian dengan mengisolasi sekira 160 sampe galur virus dari hewan yang terinfeksi virus.

Para ilmuwan menemukan bahwa virus H10N3 kebanyak menginfeksi burung liar dan unggas air, serta tidak dapat dideteksi adanya virus tersebut pada ayam.

Saat ini, analisis data genetik virus perlu dilakukan untuk menentukan apakah virus H10N3 menyerupai virus yang lebih tua atau merupakan campuran baru dari virus yang berbeda.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Traitor' Milik Olivia Rodrigo, Berisi Pengkhianatan Cinta yang Menyakitkan

Untuk diketahui, wabah flu burung seperti ini banyak ditemukan di China. Biasanya menginfeksi warga yang bekerja melakukan kontak dengan burung.

Berdasarkan penelaian CCDC sejauh ini, risiko wabah H10N3 untuk menyebar dalam skala besar sangat rendah.

Ketika virus flu burung menyebar dari burung ke manusia, biasanya tidak lanjut menyebar di antara manusia.

Jika pun penyebaran di antara manusia terjadi, maka penularannya biasanya hanya terbatas, tidak efisien, dan tidak berkelanjutan.

Baca Juga: Sri Mulyani Bandingkan Data Pengangguran 2020 dengan 2021 ke DPR, Natalius Pigai: Kita Bukan Bodoh Bu

Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, flu burung memiliki kemampuan untuk menyebarkan epidemi besar di antara manusia.

Oleh karena itu, CCDC mengatakan bahwa perhatian lebih harus diberikan pada kasus infeksi baru untuk kepentingan masyarakat umum.***

Editor: Yunita Amelia Rahma

Sumber: The Vocket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x