Bagaimana Taliban Muncul dan Apa yang Mereka Inginkan di Afghanistan? Berikut Penjelasannya

- 15 Agustus 2021, 15:30 WIB
Pasukan Taliban.
Pasukan Taliban. /REUTERS/Stringer/

PR DEPOK - Saat Taliban semakin kuat di Afghanistan dengan menguasai berbagai kota penting, termasuk Herat, Kandahar dan Mazar-e-Sharif, ada kekhawatiran yang meningkat mengenai perang saudara di negara itu.

Kebangkitan organisasi militer Islam itu terjadi hampir 20 tahun setelah invasi AS ke Afghanistan menyusul serangan 11 September di New York.

Kemudian AS akan segera menarik kloter pasukan terakhirnya dari negara itu dalam waktu kurang dari tiga minggu berikutnya.

Baca Juga: Tunjang Kemajuan Ekonomi Indonesia, Jokowi Apresiasi Program Merdeka Ekspor yang Digagas Kementerian Pertanian

Pembicaraan damai telah terjadi antara pejabat AS, Pemerintah Afghanistan dan Taliban di Qatar minggu ini, tetapi tidak jelas soal kemungkinan akan berhasil atau tidaknya.

Lantas bagaimana Taliban muncul dan apa yang mereka inginkan?

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Independet pada Minggu, 15 Agustus 2021, berikut penjelasan bagaimana Taliban bisa sangat mengakar di Afghanistan.

Taliban berarti 'para murid' dalam bahasa Pashto, muncul pada awal 1990-an setelah penarikan pasukan Soviet dari Afghanistan.

Baca Juga: Ditantang Kritik PM Singapura, Sulfikar Amir: Ngapain? Pemerintah Benar Kerjanya, Tidak ‘Over Promise’

Pengambilan nama Taliban karena para anggotanya yang sebagian besar terdiri dari siswa-siswa yang dilatih di sekolah agama Islam konservatif.

Taliban berjanji untuk memulihkan perdamaian dan keamanan negara dengan menegakkan versi ketat Syariah, atau hukum Islam, ketika berkuasa.

Melalui awal hingga pertengahan 90-an, mereka menyebar ke sebagian besar Afghanistan dan membentuk Imarah Islam totaliter Afghanistan pada tahun 1996. Kelompok tersebut menguasai hampir 90 persen negara pada tahun 1998.

Bagaimana mereka memerintah Afghanistan?

Baca Juga: Sebut Mural Mirip Wajah Jokowi Tak Perlu Anggap Serius, Mardani: Anak Kreatif Jangan Dihukum, tapi Ajak Dialog

Taliban dikecam keras oleh dunia internasional karena membawa interpretasi syariah yang ketat, yang mencakup hukuman seperti eksekusi publik untuk pembunuh dan amputasi bagi orang yang terbukti bersalah melakukan pencurian.

Perempuan hampir sepenuhnya dikucilkan dari kehidupan publik, seperti pekerjaan dan pendidikan, dengan anak perempuan berusia 10 tahun ke atas tidak disarankan untuk pergi ke sekolah.

Kelompok militan juga melarang televisi, musik serta bioskop, dan terlibat dalam penghancuran peninggalan non-Islam seperti pada tahun 2001, ketika patung Buddha Bamiyan di Afghanistan tengah dihancurkan.

Taliban juga dikritik keras karena membiarkan Afghanistan menjadi surga bagi militan Islam, seperti pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.

Baca Juga: Kontroversi Lomba Karya Tulis BPIP, Fadli Zon: kalau Cuma Lomba Delegasikan OSIS Saja Penyelenggaranya

Apa yang mereka inginkan sekarang?

Menyusul pengumuman Presiden AS Joe Biden pada April 2021 bahwa pasukan Amerika akan meninggalkan Afghanistan pada 11 September, Taliban mulai merebut sebagian besar wilayah negara itu dan mengancam pemerintah yang didukung AS di Kabul.

Kelompok militan itu diperkirakan memiliki sekitar 75.000 pejuang, menempatkannya di posisi terkuat dalam hal jumlah sejak 2001.

Suhail Shaheen, juru bicara Taliban, mengatakan bulan lalu bahwa tidak akan ada perdamaian di negara itu sampai pemerintahan baru dibentuk dan presiden saat ini, Ashraf Ghani digulingkan.

Baca Juga: Jelang Tottenham vs Manchester City di Liga Inggris, Son Heung-min: Saya Selalu Menantikan Pertandingan Ini

Dia bersikeras bahwa Taliban tidak sedang mengarah pada monopoli kekuasaan dan menyarankan beberapa aturan di rezim Ghani dapat diterima seperti mengizinkan perempuan pergi bekerja dan sekolah.

Namun, beberapa orang khawatir bahwa kelompok tersebut akan kembali ke pemerintahan represif dan otoriter yang terlihat pada akhir 90-an jika mereka mampu mengambil alih kekuasaan.

Apa yang terjadi dengan pembicaraan damai dengan AS di Doha?

AS, China, dan negara-negara lain bertemu dengan negosiator Pemerintah Afghanistan dan perwakilan Taliban untuk menyerukan proses perdamaian dipercepat di Afghanistan dan segera menghentikan serangan terhadap ibukota provinsi dan kota-kota.

Baca Juga: Cara Dapat BSU Subsidi Gaji 2021 Serta Cara Cek Nama Penerima BLT BPJS Ketenagakerjaan

AS, China, dan negara-negara lain tidak akan mengakui pemerintah mana pun di Afghanistan yang dipaksakan melalui penggunaan kekuatan militer.

Qatar mendesak Taliban untuk menarik diri dari serangan mereka di Afghanistan selama pertemuan antara menteri luar negeri Qatar dan perwakilan tinggi dari biro politik Taliban.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah