Houthi Serang Pangkalan Militer Koalisi Arab Saudi di Yaman, 30 Tentara Tewas

- 30 Agustus 2021, 13:36 WIB
Asap mengepul di dekat gedung-gedung atas serangan udara pimpinan Arab Saudi di Sanaa, Yaman.
Asap mengepul di dekat gedung-gedung atas serangan udara pimpinan Arab Saudi di Sanaa, Yaman. /REUTERS/Khaled Abdullah./

PR DEPOK - Sebanyak 30 tentara tewas dan 60 lainnya terluka dalam serangan Houthi di pangkalan militer milik koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman selatan.

Serangan Houthi di pangkalan militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman selatan ini dilakukan dengan menggunakan pesawat tak berawak dan rudal balistik.

Kabar adanya serangan Houthi di pangkalan militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman selatan ini disampaikan Jubir pemerintah Lahij, Mohamed al-Naqeeb.

Baca Juga: Tak Hanya Banjir Dukungan, Amel Amilia Kini Dituntut Harus Seperti Nike Ardilla agar Obati Kerinduan Fans

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, sebuah rudal balistik mendarat di area pelatihan pangkalan, tempat puluhan tentara melakukan latihan pada Minggu, 29 Agustus 2021 kemarin.

Mohamed al-Naqeeb mengatakan jumlah korban tewas mungkin meningkat karena tim penyelamat masih menjelajahi tempat kejadian.

Petugas medis menggambarkan situasi kacau di pangkalan setelah ledakan, dengan tentara membawa rekan-rekan mereka yang terluka ke tempat yang aman karena takut akan serangan lain.

Sementara itu, warga di sekitar insiden serangan Houthi mengatakan beberapa ledakan keras terdengar di daerah itu.

Baca Juga: Masih Ngotot Cetak Sertifikat Vaksin Covid-19 Jadi Kartu Fisik? Simak Bahayanya

Penduduk lain dari pusat kota Taiz mengatakan mereka mendengar rudal balistik ditembakkan dari peluncur yang ditempatkan di pinggiran timur kota yang dikuasai Houthi.

Untuk diketahui, pemerintah yang diakui secara internasional, didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi, dan Houthi yang bersekutu dengan Iran telah terlibat perang sejak 2014 ketika pemberontak merebut ibu kota Yaman, Sanaa.

Sebuah koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) melakukan intervensi pada Maret 2015 untuk mengembalikan pemerintahan Abd-Rabbu Mansour Hadi ke tampuk kekuasaan.

Namun konflik terus berlanjut, yang sekarang menemui jalan buntu, telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Baca Juga: Ciri-ciri Lolos Kartu Prakerja Gelombang 19 Dapat Diketahui Melalui Hal Berikut

Pada 2019, Houthi mengatakan mereka telah meluncurkan serangan pesawat tak berawak ke al-Anad selama parade militer.

Insiden itu setidaknya menyebabkan enam loyalis tewas, termasuk seorang pejabat intelijen berpangkat tinggi, menurut petugas medis dan sumber pemerintah Yaman.

Al-Anad, 60 kilometer ke utara kota penting kedua Yaman, Aden, adalah markas besar pasukan AS yang mengawasi perang pesawat tak berawak jangka panjang melawan al-Qaeda hingga Maret 2014 ketika dikuasai oleh pemberontak Houthi.

Namun markas besar itu direbut kembali oleh pasukan pemerintah pada Agustus 2015 saat mereka mengambil alih wilayah dari para pejuang di selatan dengan dukungan dari koalisi yang dipimpin Saudi.

Baca Juga: Krisis Ekonomi dan Kelaparan Meluas, Taliban Sebut Kesulitan Akan Mereda Setelah Pemerintahan Baru Terbentuk

Serangan di hari kemarin terjadi pada saat pembicaraan damai antara koalisi pimpinan Saudi dan Houthi, yang juga didukung oleh PBB dan Amerika Serikat, terhenti setelah kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan kompromi.

Pembicaraan difokuskan pada langkah-langkah untuk mencabut blokade di pelabuhan dan bandara Sanaa yang dikuasai Houthi.

Sebagai imbalan atas janji dari kelompok yang berpihak pada Iran untuk mengadakan pembicaraan gencatan senjata dengan pemerintah koalisi Arab Saudi.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah