PR DEPOK - Baru-baru ini, pihak berwajib Slovenia mengumumkan bahwa negaranya telah menangguhkan salah satu vaksin Covid-19, yakni Johnson & Johnson.
Penangguhan Johnson & Johnson oleh pihak berwajib Slovenia ini dilakukan di tengah upaya penyelidikan kematian seseorang usai menerima vaksin Covid-19 itu.
Menteri Kesehatan (Menkes) Janez Poklukar mengatakan penangguhan vaksin Johnson & Johnson ini dilakukan bergantung dengan keberhasilan para ahli.
Dikabarkan, para ahli tengah menyelidi hubungan antara kematian gadis itu akibat stroke atau vaksin yang diterima dua pekan sebelumnya.
Sebelumnya, suntikan satu dosis semakin populer dalam beberapa pekan terakhir di Slovenia setelah pihak berwenang secara luas memperkenalkan izin vaksin Covid-19.
Pemerintah telah menyetujui pembelian tambahan 100.000 dosis J&J dari Hungaria sebagai tanggapan atas meningkatnya permintaan.
"Namun, manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya," ujar Janez Poklukar dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Kamis, 30 September 2021.
Kematian gadis itu merupakan kasus serius kedua dari efek samping akibat suntikan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, yang sudah diberikan ke sekitar 120.000 orang di Slovenia.
Menurut salah satu sumber, kematian gadis itu telah memicu protes lebih meluas di ibu kota Ljubljana terhadap tindakan vaksinasi dan Covid-19.
Sebelumnya, ribuan orang melakukan protes. Aksi itu menimbulkan bentrokan dengan pihak kepolisian hingga harus memasang pagar besi serta mendesak peserta tetap tenang.
Seperti sebagian besar Eropa Tengah dan Timur, Slovenia dalam beberapa pekan terakhir dikabarkan telah mengalami peningkatan infeksi baru.
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 30 September 2021: Aldebaran Masuk Perangkap, Reyna Temukan 'Kunci' Teror
Negara berpenduduk sekitar 2 juta orang ini telah memvaksinasi sepenuhnya hampir 48 persen dari populasi, lebih rendah daripada di banyak negara UE lainnya.
Slovenia telah merekomendasikan vaksin Johnson & Johnson untuk semua orang yang berusia lebih dari 18 tahun, tidak seperti beberapa negara yang membatasi penggunaannya untuk orang yang lebih tua.***